Neraca Perdagangan RI Surplus 46 Bulan Beruntun, Capai US$870 Juta di Februari 2024

Ekspor-Impor.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 surplus sebesar US$0,87 miliar atau US$870 juta. Dengan kinerja itu, maka neraca perdagangan RI sudah surplus selama 46 bulan berturut-turut.

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan, meskipun neraca perdagangan RI mengalami surplus, namun nilai itu mengalami penurunan sebesar US$1,13 miliar secara bulanan. 

"Pada Februari 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$0,87miliar, atau turun sebesar US$1,13 miliar secara bulanan. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 15 Maret 2024.

Mendag Zulhas Tegas Tolak Impor Bawang Merah di Tengah Lonjakan Harga

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti

Photo :
  • BPS

Amalia menjelaskan, surplusnya neraca perdagangan Februari 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas non mogas yaitu sebesar US$2,63 miliar.

Bea Cukai Langsa Aceh Sita Onderdil Harley Davidson

"Dengan komoditas penyumbang surplus utamanya bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, dan besi dan baja," jelasnya.

Kendati demikian, Amalia menuturkan bahwa surplus neraca dagang non migas ini tercatat masih lebih rendah dari bulan Januari dan Februari tahun sebelumnya.

Selain itu, sambung Amalia, komoditas migas tercatat defisit sebesar US$1,76 miliar. Dalam hal ini komoditas penyumbang defisit adalah dari hasil minyak serta minyak mentah.

"Dan defisit neraca perdagangan migas lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan dibandingkan bulan yang sama tahun 2024," terangnya.

Adapun berdasarkan mitra dagang, surplus neraca perdagangan ini terbesar ada di tiga negara, yakni dengan AS sebesar US$1,44 miliar, India US$1,15 miliar, dan Filipina US$0,63 miliar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya