Ini Syarat Negara Asia Kuasai Dunia

Pertumbuhan Ekonomi Cina : Shanghai
Sumber :
  • AP Photo/Greg Baker

VIVAnews - Negara-negara di kawasan Asia diperkirakan menguasai dunia pada pertengahan abad ini, atau persisnya pada 2050. Namun, pencapaian itu bisa terealisasi dengan sejumlah persyaratan.

Negara-negara Asia membutuhkan transformasi yang panjang untuk memberantas kemiskinan dan mencapai potensi pertumbuhan ekonomi tinggi.

Ramalan Jayabaya Soal Perang Dunia Ketiga, Bakal Terjadi di 2024 Karena Iran vs Israel?

Dalam draf laporan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) berjudul 'Asia 2050-Realizing the Asian Century' disebutkan beberapa pendorong transformasi di wilayah itu, yaitu kemajuan teknis, akumulasi modal, faktor demografi, angkatan kerja, kelas menengah, perubahan iklim dan kompetisi sumber daya alam, dan revolusi komunikasi.

Tantangan dan risiko untuk mencapai kemakmuran di Asia yaitu gelombang besar urbanisasi dan mengubah profil demografis. Hal itu karena separuh populasi penduduk dunia ada di wilayah ini.

Sementara itu, dari sisi daya saing, Asia harus mengatur penggunaan sumber daya dalam jangka panjang. Ini termasuk air, makanan, dan mengelola jejak karbon.

Alasan Negara Arab Lebih Pilih Dukung Israel daripada Iran, Khawatir Perang Makin Luas

"Ini adalah kepentingan terbaik di Asia untuk mendorong dan berinvestasi dalam inovasi serta teknologi ramah lingkungan untuk menjaga momentum pertumbuhan yang mengesankan," kata Presiden ADB, Haruhiko Kuroda.

Negara di Asia dengan pertumbuhan cepat seperti China, India, Indonesia, dan Vietnam mempunyai risiko terjerat jebakan kelas menengah (middle income trap) akibat kesenjangan pendapatan. Negara ini harus bergerak dari yang semula mengandalkan sumber pertumbuhan dari tenaga kerja murah dan modal menjadi negara yang menitikberatkan pertumbuhan dari produktivitas tinggi dan inovasi.

Tantangan besar lainnya yaitu modernisasi sistem pemerintahan dan lembaga pemerintahan. Hal ini untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan penegakan peraturan.

Negara Asia juga harus menjaga agar isu eksklusif tidak berdampak satu sama lain, sehingga menimbulkan ketegangan yang dapat membuat kesulitan baru dan mengancam pertumbuhan pesat di kawasan itu. Para pemimpin Asia perlu menyusun kebijakan nasional yang berani dan inovatif agar sukses mengatur kebutuhan regional, keamanan energi, infrastruktur yang saling terhubung, persediaan bahan makanan dan sumber daya air serta menjaga perdamaian jangka panjang dan stabilitas kawasan.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa pusat ekonomi global saat ini mulai beralih ke kawasan Asia. Wilayah ini diperkirakan menghasilkan setengah dari output dunia, atau naik dari posisi saat ini sebesar 27 persen. Kegiatan perdagangan dan investasi kawasan Asia juga diprediksi mencapai 50 persen dunia.

Ditaksir, produk domestik bruto atau Gross Domestic Product (GDP) di kawasan Asia bakal melonjak menjadi US$148 triliun dengan porsi 51 persen dari output dunia pada 2050.

Sementara itu, jika dilihat dari basis paritas daya beli, GDP per kapita Asia diperkirakan meningkat menjadi US$38.600 atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi GDP dunia sebesar US$36.600 pada 2050. Sebanyak 3 miliar penduduk Asia juga diperkirakan naik kelas menjadi kelas mapan pada 2050.

7 Negara dengan Populasi Pedesaan Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 4

Namun, hal itu hanya bisa tercapai jika negara-negara Asia bisa mempertahankan momentum pertumbuhan saat ini dan tetap mengantisipasi tantangan dan risiko masa mendatang. (art)

Sejumlah pengendara kendaraan bermotor mengalami kemacetan lalu lintas di Tol Dalam Kota dan Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta, Senin (18/5/2020).

8 Negara dengan Penurunan Tercepat di Asia

Seringkali, negara di Asia mengalami fluktuasi yang signifikan dalam berbagai indikator kunci seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan stabilitas politik.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024