Bank Dunia:

Negara Berkembang Lepas dari Krisis Global

Pertumbuhan Ekonomi Cina : Beijing
Sumber :
  • AP Photo/Greg Baker

VIVAnews - Bank Dunia mengimbau negara-negara berkembang untuk fokus dalam upaya mengatasi tantangan global terutama dalam menciptakan neraca keuangan yang lebih sehat di tengah tekanan inflasi dan kenaikan harga komoditas dunia. 

Penilaian Bank Dunia ini tertuang dalam laporan Global Economics Prospects edisi Juni 2011 yang diperoleh VIVAnews.com, Selasa, 7 Juni 2011.

"Secara global, pertumbuhan ekonomi akan mencapai 3,2 persen pada 2011 sebelum berakhir pada posisi 3,6 persen pada 2012," kata Chief Economist and Senior Vice President for Development Economics Bank Dunia, Yifu Lin.

Lin memperkirakan penurunan perekonomian dunia pada masa berikutnya kemungkinan karena kenaikan harga minyak mentah dunia yang dibarengi harga komoditas.

Bank Dunia dalam laporannya juga menyebutkan musibah alam yang menimpa Jepang dan kondisi politik di Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan memotong pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara di kawasan tersebut.

Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

Dampak dari kondisi itu juga menyebabkan negara-negara di sekitarnya akan ikut terpengaruh dari semula diperkirakan mengalami pertumbuhan cukup moderat.

Di antara negara-negara berkembang di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, penurunan pertumbuhan ekonomi paling lemah akan terjadi di Mesir sebesar 1 persen, Tunisia 1,5 persen, dan Libya.

Pertumbuhan ekonomi dunia paling kuat yang dialami negara-negara berkembang, juga diperkirakan berkontribusi besar pada perubahan tata dunia baru. Termasuk di dalamnya, kenaikan harga komoditas, inflasi, serta kemungkinan terjadinya instabilitas arus modal seiring kebijakan fiskal yang makin ketat dan kenaikan suku bunga.

"Negara berkembang telah lama fleksibel dengan tekanan yang masih tinggi di negara berpenghasilan tinggi," ujar Director of Development Prospects Bank Dunia Hans Timmer.

Timer menambahkan, banyak negara berkembang telah beroperasi di atas kapasitas dan tengah menuju posisi overheating. "Kebanyakan negara-negara itu berada di Asia dan Amerika Latin. Kebijakan moneter memang telah responsif, namun kebijakan fiskal dan nilai tukar masih membutuhkan peran yang lebih banyak untuk membuat inflasi terkendali," ujar dia.

Bank Dunia mencatat, inflasi di negara berkembang telah mencapai level hampir 7 persen hingga Maret 2011, atau lebih tinggi 3 persen dibandingkan posisi terendahnya pada Juli 2009. Sementara itu, laju inflasi di negara berpenghasilan tinggi juga melonjak menjadi 2,8 persen pada April 2011.

Kenaikan inflasi tertinggi terjadi di Asia Timur, Timur Tengah, dan Afrika Utara yang menggambarkan kendala kapasitas di masa lampau dan harga komoditas di masa mendatang.    

Sementara itu, Manager Global Macroeconomic dan penulis utama laporan Bank Dunia, Andrew Burns, mengatakan krisis keuangan global untuk negara-negara berkembang sudah berakhir.

Andrew menegaskan, upaya ke depan yang harus dilakukan adalah mengembalikan kebijakan moneter pada posisi netral dan membangun kembali kebijakan fiskal yang membolehkan negara berkembang untuk merespons krisis dengan kebijakan yang lebih tepat. (art)

Petugas yang mengawal Anies dan Keluarga selama Pilpres 2024 berpamitan

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Tugas tim pengawal yang melekat pada Anies Baswedan selaku Capres 2024 nomor urut 01 telah selesai dan mereka telah berpamitan kepada Anies dan Keluarga.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024