- AP Photo/Richard Drew
VIVAnews - Penurunan peringkat surat utang Amerika Serikat yang pertama kali dalam sejarah, membuat investor dilanda kepanikan. Situasi itu terlihat dari indeks harga saham di sejumlah bursa Asia yang terkoreksi.
Di tengah kepanikan tersebut, sejumlah analis berusaha untuk tenang dan memberikan saran kepada investor yang ingin memindahkan portofolio investasinya.
"Reaksi pasar pada tahap awal memang akan berada pada level tinggi dalam hal ketidakpastian dan volatilitas. Terutama ketika investor tidak mengetahui ke mana mereka akan mengalihkan asetnya dengan investasi bervolatilitas pendek," ujar Executive Chairman dari Templeton Asset Management, Mark Mobius, seperti dikutip dari laman businessinsider.
Menghadapi kebingungan investor, Mobius mengusulkan para pemodal untuk mencari tempat alternatif baru, terutama bagi produk investasi saham maupun terkait transaksi mata uang dengan negara-negara berkembang.
Usulan tersebut didasarkan pada kondisi negara berkembang yang umumnya memiliki cadangan devisa lebih besar dibandingkan negara maju. Negara berkembang juga memiliki tingkat utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang lebih rendah dibandingkan negara maju.
"Kemampuan untuk mengelola nilai tukar dan melayani utang membuat kami percaya nilai tukar negara berkembang akan menguat dan terus berlanjut," kata Mobius.
Dia menjelaskan, keputusan Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat surat utang AS sebetulnya bukan hal yang mengejutkan bagi pelaku ekonomi. Sebab, sinyal bahwa akan ada penurunan rating oleh S&P sudah ditangkap beberapa pekan sebelumnya.
Bahkan, sejumlah agen pemeringkat kecil umumnya telah menurunkan peringkat surat utang AS sebelum S&P melakukan hal yang sama. (art)