- doc Corbis
VIVAnews - Empat dari 10 pengguna internet di Indonesia ternyata suka belanja online. Demikian survei Global Ipsos Advisor, yang dipublikasikan di Jakarta, Selasa 10 April 2012.
Sifat senang berbelanja online Indonesia bisa mengalahkan warga negeri kaya raya, seperti Arab Saudi yang hanya 29 persen. Indonesia yang 44 persen mengaku senang berbelanja online hanya kalah dengan Jerman dan Inggris 74 persen, diikuti oleh Swedia (68 persen), Amerika Serikat (65 persen), dan Korea Selatan (62 persen).
Bedanya, orang Indonesia sebelum belanja selalu mencari informasi barang-barang yang dibeli. Dalam survei yang dilakukan terhadap lebih dari 1.000 responden itu 69 persen mengaku menggunakan internet untuk mengumpulkan informasi atau referensi yang komprehensif atas produk dan jasa yang mereka minati, sebelum mereka melakukan transaksi.
Setengah dari responden di 24 negara juga familiar dengan belanja online. 48 persen menyatakan bahwa dalam tiga bulan terakhir mereka menggunakan internet untuk membeli produk maupun jasa secara online.
Dalam transaksi perbankan secara online, enam dari sepuluh responden di 24 negara menyatakan bahwa mereka menggunakan layanan online perbankan, seperti pengecekan saldo dan transfer, dalam kurun waktu 90 hari terakhir. Di Indonesia, 49 persen responden menyatakan bahwa mereka menggunakan jasa layanan e-banking.
Sedangkan yang paling aktif warga Swedia dengan 88 persen, begitu pula dengan warga Prancis (76 persen), Kanada (75 persen), Australia (74 persen), Polandia (74 persen), Afrika Selatan (74 persen), dan Belgia (73 persen).
Lain hal yang terjadi di Meksiko, seperempat warganya (23 persen) lebih suka menggunakan internet untuk melakukan pembelanjaan online daripada menggunakan internet untuk jasa e-banking. Kondisi sama juga terjadi dengan Saudi Arabia (29 persen), Brasil (32 persen), dan Argentina (36 persen). (ren)
Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!
Dalam acara bertajuk YouTube Seribu Kartini Beda Tapi Sama di Jakarta, Jumat,19 April 2024, Menteri Sosial Risma mengemukakan bahwa seorang kreator konten tidak takut.
