Media Asing Soroti Defisit Neraca Perdagangan RI

Laju Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews -
KCIC Minta Maaf Kecepatan Whoosh Dikurangi karena Hujan Deras
Majalah ekonomi terkemuka, The Economist
Lawan Timnas Indonesia U-23, Pelatih Korea Khawatir karena Hal Ini
, menilai perekonomian Indonesia salah satu yang paling cerah di Indonesia. Namun, di balik itu, fondasi ekonomi Indonesia masih lemah, karena hanya bertumpu pada satu kaki.
Kabar Gembira Ini untuk Penggemar BTS dan Kopi

The Economist menilai, di balik euforia tumbuhnya ekonomi Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memiliki pegangan yang kuat dan bertindak konservatif.


Setelah satu dekade lebih Indonesia bergulat dengan krisis ekonomi, perusahaan-perusahaan mulai bergeliat dengan melakukan berbagai investasi. Impor tahunan seperti mesin dan peralatan mekanik tumbuh hingga dua digit.


Di balik investasi yang
booming
di Indonesia, terdapat masalah besar yang dapat meledak sewaktu-waktu. Ekspor lemah, karena permintaan global yang tertekan dan harga sumber daya alam yang rendah.


Impor barang yang tumbuh kuat tidak dibarengi dengan ekspor. Hasilnya, keruntuhan neraca perdagangan Indonesia setelah surplus hampir US$26 miliar pada 2011.


Indonesia mengalami defisit perdagangan 2012 mencapai US$1,63 miliar, defisit tahunan tertinggi sejak 1960-an. Neraca transaksi berjalan juga mengalami defisit dan mengakhiri 14 tahun surplus. Mata uang yang tertekan baru-baru ini menunjukkan rupiah salah satu mata uang terburuk di Asia.


Kembalinya defisit dan mata uang yang lemah menghidupkan kembali kenangan dari krisis ekonomi traumatis yang menyerang Indonesia pada akhir 1990-an. Pemerintah dan DPR bahu-membahu membendung dengan mengeluarkan kebijakan nasionalis yang dirancang untuk mendukung ekonomi dalam negeri.


Pada 2012, pemerintah menuntut agar seluruh pertambangan Indonesia, kepemilikan saham mayoritasnya dikuasai oleh orang Indonesia, dengan cara divestasi saham. Pemerintah juga ingin meningkatkan royalti yang dibayarkan oleh perusahan tambang asing.


Berbagai langkah Indonesia itu mendapatkan protes dari Amerika Serikat. AS mengadukan Indonesia kepada WTO, karena berbagai aturan impor pertanian dapat menjadi hambatan serius.


Kebijakan proteksi ini mengancam dan mengguncang kepercayaan investor asing pada negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara itu. Kebijakan ini dinilai dilakukan pada saat situasi yang buruk, karena Indonesia membutuhkan investasi asing untuk membiayai pembangunan jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik.


Jika politisi dan pemerintah ingin memperbaiki neraca transaksi berjalan, harus melihat APBN itu sendiri. Anggaran Indonesia habis tersedot oleh subsidi bahan bakar minyak hingga terjadi defisit anggaran.


Pemotongan subsidi dan menjalankan defisit anggaran yang lebih kecil akan meningkatkan tabungan negara, sehingga membuat ruang bagi investor domestik yang lebih tinggi.


Menaikkan harga BBM merupakan salah satu cara untuk mengurangi impor minyak mentah yang membebani pemerintah. Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak sejak pertengahan 2000, dan pemerintah mengeluarkan hampir US$40 miliar per tahun untuk impor minyak. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya