Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Permata Tbk memutuskan untuk menahan 75,63 persen laba bersih tahun lalu atau senilai Rp1,03 triliun untuk menumbuhkan bisnis, utamanya di segmen kredit.
Baca Juga :
Terinspirasi Langkah Indonesia, Amerika Serikat Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR
Sedangkan sisanya, sebesar 24,37 persen atau senilai Rp333,4 miliar akan disisihkan sebagai dana cadangan guna memenuhi pasal 70 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Artinya, perseroan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2012.
Baca Juga :
Kehadiran Anies dan Muhaimin di KPU Tunjukkan Kedewasaan Politik meski Pahit, Menurut Pengamat
Direktur Utama Bank Permata David Fletcher David dalam RUPST di Jakarta, Selasa 23 April 2013, menegaskan bahwa sisa laba bersih ditetapkan sebagai laba ditahan untuk memperkuat permodalan bank secara berkesinambungan.
"Dari sisa laba bersih, yang ditetapkan sebagai laba ditahan, juga untuk mendukung pertumbuhan bisnis," kata dia.
Sementara itu Wakil Direktur Utama Permata Bank Permata Herwidayatmo mengatakan posisi rasio kecukupan modal (CAR) sekitar 15,1 persen atau di atas ketentuan Bank Indonesia.
Ia juga menjelaskan, secara keseluruhan modal inti perseroan sudah mencapai Rp10 triliun atau masuk di buku ketiga.
Tercatat bahwa selama 2012, perseroan mencatat perolehan laba bersih Rp1,37 triliun, naik 18 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba didukung peningkatan aset sebesar 30 persen dalam setahun menjadi Rp131,8 triliun. Kredit naik 37 persen mencapai Rp93,7 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 27 persen menjadi Rp104,9 triliun.
"Selain investasi bisnis, memperkuat modal supaya kami tetap bisa menumbuhkan kredit, jadi CAR dijaga. Penting untuk ekspansi, tambah jumlah cabang, juga infrastruktur IT (teknologi informasi)," kata Direktur Retail Banking Bank Permata Lauren Sulistiawati. (kd)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sementara itu Wakil Direktur Utama Permata Bank Permata Herwidayatmo mengatakan posisi rasio kecukupan modal (CAR) sekitar 15,1 persen atau di atas ketentuan Bank Indonesia.
