Pria Ini "Sulap" Sayur Jadi Kerajinan Cantik

Wisnu Sanjaya, Perajin Tas Cantik
Sumber :
  • VIVAnews/Arie Dwi Budiawati
VIVAnews - Tanaman gambas atau oyong tidak asing lagi di telinga masyarakat, terutama kaum ibu. Namun, siapa sangka, di tangan Wisnu Sanjaya, gambas bisa "menjelma" sebagai kerajinan tangan yang cantik.
Terpopuler: Ria Ricis Diduga Sindir Teuku Ryan sampai Betharia Sonata Sakit

Ketika ditemui VIVAnews, Wisnu bercerita tentang usahanya ini. Dia memulai bisnis tersebut beberapa tahun lalu. Dia memilih tanaman sayur ini, karena di daerahnya, orang-orang jarang melirik gambas untuk dijadikan karya seni.
Terpopuler: Kebiasaan yang Tidak Boleh Dilakukan di Mekkah sampai Alasan ke BaliSpirit Festival

"Gambas, oyong, atau loofah jarang dilirik. Padahal, tanaman ini tumbuh di desa dan bisa dipanen setelah berusia 3,5 bulan. Negara lain pun sudah meminati produk nature," kata Wisnu.
Jadwal Mobil SIM Keliling Jakarta dan Tangsel Minggu 5 Mei 2024

Semisal di Hungaria, dia menambahkan, bekas hutan di negara itu ditanami tanaman yang bernama latin loofa cylindrica itu untuk dibuat kerajinan, terutama untuk produk hotel, seperti handuk mandi (wash lap).

Kemudian, dia juga melakukan riset selama dua tahun dan hasilnya bahwa hotel menggunakan produk berbahan gambas untuk peralatannya, seperti penggosok punggung.

"Hotel sudah memakai (produk berbahan) gambas untuk keperluan hotelnya, tetapi bahannya impor. Di sana, ada salah satu kerajinan yang berbahan baku gambas, yaitu penggosok punggung, tapi impor. Akhirnya, kami terinspirasi buat kerajinan," kata dia.

Lalu, pria kelahiran Yogyakarta ini membuat tas, sandal, dan wash lap yang beraneka bentuk sebagai produk kerajinannya. Tentu saja gambas menjadi bahan baku karyanya. 

Dia membidik perhotelan, terutama hotel bintang lima untuk memasarkan produknya ini. "Modalnya tidak banyak. Sekitar Rp15 juta," kata Wisnu.

Tidak sembarang oyong yang digunakan untuk membuat bahan kerajinan itu. Wisnu memilih gambas yang sudah tua untuk diambil serat-seratnya. Pertama, gambas-gambas yang sudah tua itu dikupas kulitnya sehingga tinggal serat dan isinya.

Kemudian, gambas yang telah dikupas itu, direndam dalam air, diangkat, dan dikeringkan hingga didapat serat yang berwarna keputihan, lalu di-pres. Serat ini yang siap digunakan sebagai bahan kerajinan.

Tentu saja, dia juga membutuhkan bahan-bahan lain seperti kain dan spons. Wisnu memberi tambahan bahan kimia pada serat gambas untuk tas dan sandal, sedangkan untuk peralatan mandi, dia tidak memberikannya.

"Setiap harinya, kami memerlukan setidaknya tiga ribu buah gambas. Setiap harinya jadi 500 pieces (barang apa saja)," kata dia.

Dari serat gambas itu, Wisnu mengolahnya menjadi bahan kerajinan yang apik. Untuk satu wash lap, diperlukan 1-2 buah gambas, satu pasang sandal diperlukan tiga buah gambas, dan satu unit tas diperlukan 10 buah gambas.

Laki-laki ini memeroleh gambas tersebut dari Klaten, Boyolali, Yogyakarta, dan Magelang.

"Harga sebuah tas gambas Rp50-250 ribu, wash lap Rp10-30 ribu, dan sandal Rp20-50 ribu. Omzet per bulannya sebesar Rp150 juta. Ada juga penggosok punggung dan sabun gambas harganya Rp25 ribu," kata pria berumur 42 tahun itu.

Pemasaran produknya pun masih di sekitar dalam negeri, meskipun ada pihak dari luar negeri yang membeli barang-barang buatannya. "(Penjualannya) masih di dalam negeri. Ya, di Jakarta, Bali, Surabaya, Yogya, dan Prancis," kata lulusan diploma manajemen ini.

Dari sekian produk, yang paling laris adalah wash lap. Buah karya berbentuk segi empat, bulat, dan berbentuk sarung tangan ini memang laku keras dipesan hotel-hotel.

"Yang terbanyak di Bali. Sampai sekarang, ada yang sekali order wash lap lima ribu pieces per bulan dan ada yang order 25 ribu per dua bulan," kata Wisnu.

Untuk mengerjakan pesanan itu, pemilik CV Margo Gambas ini mengerahkan enam orang pekerja tetapnya. Apabila ada banyak order, Wisnu mengambil tenaga bantuan dari warga di sekitar daerahnya, terutama kaum ibu.

"Ada orang-orang yang saya ambil dari 12 desa. Saya juga memberdayakan kaum ibu," kata dia.

Tips perawatan
Kemudian, Wisnu memberikan tips merawat produknya. Dia mengatakan bahwa peralatan mandi, seperti wash lap dan penggosok punggung, setelah dipakai, barang-barang tersebut dibilas dengan air bersih, lalu dikeringkan. Produk berbentuk wash lap ini tahan hingga sebulan.

Untuk tas, dia menyarankan tas tersebut disikat. Apabila ingin dicuci, cukup dicelup-celup dengan air sabun, dibilas dengan air bersih, lalu dikeringkan.

Pria ini pastinya menawarkan kelebihan produknya, khususnya peralatan mandi. Dia mengklaim bahwa produknya ini tidak kalah dengan serat sintesis. Wisnu juga berharap supaya produknya bisa menang dari produk China.

"Wash lap sangat lembut. Jadi, bisa digunakan alternatif. Daripada sintesis, (produk ini) lebih sehat dan lebih bagus. Mudah-mudahan bisa menang dari China," kata dia.

Apabila berminat, Anda bisa berkunjung ke CV Margo Gambas, Perumahan Gajawan Indah, Gang Glatik No. 3, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta, berkunjung di outletnya yang beralamat di Thamrin City lantai 3 Blok A09-03, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta, atau bisa mengakses situs www.wisnusanjayajoglosemar.com.

Untuk memesan produk ini, Anda juga bisa mengirimkan surel ke khatulistiwa_9@yahoo.com. "Saya tidak menetapkan minimal order pembelian, karena saya ingin orang-orang tahu gambas. Biaya pengiriman tetap ditanggung pembeli," kata dia. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya