Pendiri "Sari Roti" Ini Ambil Alih Bisnis Keluarga di Usia Muda

Wendy Yap
Sumber :
  • Forbes Asia

VIVAnews - Nama PT Nippon Indosari Corpindo Tbk mungkin kurang dikenal di masyarakat Indonesia, tetapi mereka akan sangat akrab dengan merek dagang Sari Roti. Pertumbuhan perusahaan pembuat roti itu melonjak begitu pesat sejak mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia empat tahun lalu.

Dikutip dari Forbes Asia, Selasa 11 Maret 2014, Wendy Sui Cheng Yap adalah pendiri Sari Roti. Saat ini, dia menjabat sebagai presiden direktur dan chief executive officer (CEO) Nippon Indosari Corpindo.

Dia juga mengelola bisnis milik ayahnya, Piet Yap, mantan eksekutif Grup Salim yang mendirikan Bogasari Flour Mills, perusahaan penghasil tepung terigu terbesar di Indonesia.

Pada acara konferensi Forbes Asia CEO yang diadakan di Bali beberapa waktu lalu, Wendy Yap menceritakan pengalamannya, saat mengambil alih kepemimpinan perusahaan keluarga.

Viral Mobil Sedan Terbang dan Masuk Garasi Rumah Komplek Elite

"Saya akan mengatakan bahwa saya harus meneruskan bisnis keluarga, mengambil-alih bisnis tersebut pada saat saya tidak siap," tuturnya.

Wendy Yap pada awalnya memegang jabatan sebagai presiden direktur pada bisnis properti milik ayahnya di California, Amerika Serikat.

"Saya baru saja lulus kuliah, jadi saya pikir bukanlah waktu yang tepat. Salah satu beban waktu itu adalah saya tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang, menikmati clubbing dengan teman-teman. Dan, ayah saya, menunjuk saya sejak awal. Meskipun ayah dari keluarga China tradisional, jenis kelamin tidak penting baginya," tuturnya.

Wendy Yap adalah anak sulung dari empat bersaudara, tiga anak perempuan dan satu laki-laki. Saudara laki-lakinya meninggal pada 2004.

"Ayah saya hanya melihat anak mana yang memiliki visi dan bisa membawa tongkat kepemimpinan perusahaan. Saya memiliki know-how, saya punya pengalaman pendidikan, tetapi bagaimana pun ayah saya lebih banyak makan asam garam dibanding saya," kata dia.

"Dan, begitu banyak pelajaran di luar kuliah. Ketika dilemparkan ke dalam air, Anda harus berenang dengan hiu. Tetapi, di luar itu semua, saya senang bisa mencapai banyak pengalaman pada usia muda," ujarnya.

Forbes Asia kembali bertanya: Bagaimana Wendy Yap menggunakan kesempatan yang datang ke dirinya itu?

Dia melanjutkan ceritanya. "Tiga bulan setelah ulang tahun ke-21, saya dalam kondisi belum siap, dan belum pernah ke Amerika Serikat. Jadi, itu adalah beban, tetapi benar-benar menjadi suatu kesempatan seumur hidup, karena ayah saya tahu betul bagaimana karakter saya. Jika dia tidak mendorong saya waktu itu, mungkin saya tidak melakukan apa-apa. Saya mungkin akan menjadi salah satu tai tais," ujarnya.

Tai tais adalah wanita yang menikah dan tidak bekerja, hanya di rumah.

"Saya selalu menggunakan peribahasa 'tanpa visi, orang akan binasa. Visi akan membuat kehidupan menjadi lebih memiliki passion'. Dan, saya tidak menyadari memiliki passion itu sampai saya dilempar masuk ke dalam dan diharuskan untuk berenang. Saya tidak akan melakukan hal itu kepada anak-anak saya," kata Wendy.

Wendy Yap saat ini telah memiliki tiga anak.

"Saya tidak berpikir bahwa keturunan saya memenuhi syarat itu untuk memimpin perusahaan keluarga, harus dipertimbangkan hal lain juga. Untuk memisahkan kepemilikan manajemen tidak mudah bagi orangtua, terutama pada perusahaan keluarga," tuturnya.

18 Killed in Oman Over Heavy Rains and Flash Floods Lash UAE

"Kami, keluarga yang berasal dari Asia, selalu menginginkan utuh, untuk meneruskan bisnis itu harus anakku atau putriku. Hal itu tidak baik. Menurut ayah saya, sebagai orang dalam tentu akan menjaga aset keluarga, sehingga akan menjalankan perusahaan dengan baik. Tetapi, menurut saya, orang dalam atau luar pun dapat merusak kinerja perusahaan," kata dia.

Pertanyaan terakhir untuknya adalah Anda tidak akan melakukan hal serupa seperti yang dilakukan ayah, lalu bagaimana mengkader anak-anak untuk meneruskan bisnis keluarga?

Menurut Wendy Yap, selama anak-anaknya membawa visi dan memiliki passion untuk terjun ke perusahaan keluarga, mereka diperbolehkan masuk ke dalam. Tetapi, dia tidak akan menempatkan menjadi pimpinan. Dia lebih memilih pemimpin perusahaan dari profesional atau orang luar.

"Saya percaya pada tiga hal: masa lalu, saat ini, dan masa depan. Hormati masa lalu, artinya Anda akan menghormati orangtua Anda, untuk nilai-nilai yang mereka tanamkan ke Anda, dan pengalaman yang mereka wariskan. Untuk saat ini, Anda harus disiplin, kerja keras, dan menggunakan bakat yang telah diberikan Tuhan. Terakhir, masa depan, yang merupakan visi dengan passion," tuturnya. (art)

Petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) memeriksa kelengkapan logistik Pemilu sebelum didistribusikan ke kelurahan di gudang logistik KPU Jakarta Pusat (Foto ilustrasi).

Temuan Survei LSI: Mayoritas Responden Percaya Keputusan KPU soal Hasil Pemilu 2024

Dari temuan LSI, keputusan KPU dapat kepercayaan dari mayoritas responden di survei dengan mencapai 78,8 persen.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024