Ini Motor Utama Pendongkrak IHSG Akhir Pekan

Papan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/OJT/Feronike Rumere

VIVAnews - Optimisme para pelaku pasar dalam menyikapi kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, menjadi motor utama penggerak indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berakhir di zona hijau, pada perdagangan akhir pekan, Jumat 21 November 2014.

Pekan ini, laju indeks saham berhasil menguat sebanyak 75 poin dan mengakhirinya di atas 5.100.

Selain itu, sektor saham properti juga terimbas dengan sukses meraup keuntungan selama satu pekan terakhir.

Hal lainnya yang menjadi sentimen positif dari dalam negeri, antara lain gerak cepat pemerintah, melalui Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 0,25 basis poin menjadi 7,75 persen mendapatkan sambutan yang baik dari pasar.

Analis Saham Creative Trading System, Argha Jonatan Karo Karo meyampaikan bahwa meskipun kenaikan suku bunga pada umumnya membuat pasar bergerak turun, tetapi terlihat investor sepertinya menggarisbawahi langkah pro aktif yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi dalam mencegah kenaikan inflasi yang tidak terkendali, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Secara keseluruhan, pekan ini masih mendapat sentimen positif dari Jokowi Effect dan kinerja kabinet. Asing juga tampak mulai mengakumulasi saham-saham blue chip (saham berkapitalisasi besar)," ujarnya kepada VIVAnews, Sabtu 22 November 2014.

Adapun saham-saham tersebut, dia menyebutkan, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (berkode saham BBRI), menjadi pilihan utama dengan pembelian besar dalam pekan ini, sebesar Rp391 miliar. Kemudian, diikuti oleh PT Jasa Marga Tbk (berkode saham JSMR) dengan capital inflow (dana masuk) sebesar Rp132 miliar dan PT Gudang Garam Tbk (berkode saham GGRM) sebesar Rp90 miliar.

Pasar Masih 'Wait and See'

Untuk perdagangan pekan depan, pasar tampak masih menunggu (wait and see), pergerakan investor asing yang lebih signifikan, setelah adanya kejelasan akan kenaikan harga BBM bersubsidi dan inflasi.

Argha menjelaskan, apabila tidak ada sentimen negatif dari bursa regional yang membebani indeks saham, maka target kenaikan cenderung bisa mencapai level 5.200. Sedangkan, sektor saham properti, diperkirakan masih akan tetap menjadi pilihan utama.

Seperti diketahui, indeks saham menutup perdagangan pekan ini di level 5.112,05. Angka tersebut menunjukkan naik 18,48 poin atau 0,36 persen dibandingkan level penutupan sebelumnya, Kamis 20 November 2014 di level 5.096,57 atau turun 34,37 poin.

Pergerakan positif lainnya, juga diikuti oleh indeks saham unggulan LQ45 yang naik 0,39 persen ke 878.56. Kemudian, indeks JII naik 0,73 persen ke 677.52, indeks IDX30 naik 0,36 persen ke 451.31, indeks SMinfra18 naik 0,51 persen ke 363.69 dan indeks ISSI naik 0,72 persen ke 164.64.

Dan pemodal asing juga memperlihatkan aksi yang agresif di pasar. Ini, ditandai dengan pembelian mencapai Rp1,74 triliun, sedangkan penjualan sebesar Rp1,49 triliun.

Dengan demikian, pembelian bersih (net foreign buy) mencapai Rp237,08 miliar.

Penutupan Bursa Saham Asia

Lonjakan yang terjadi terhadap indeks saham di pasar modal Indonesia, ternyata juga mendapatkan pengaruh positif dari bursa regional.

Sinyal PKS Kembali Dukung Edy Rahmayadi di Pilkada Sumatera Utara?

Sebagian besar bursa saham di Asia, kemarin mengalami lompatan tajam dengan tren menguat.

Indeks Nikkei di Jepang, naik 56,65 poin atau 0,33 persen ke 17,357.51. Keputusan Perdana Menteri, Shinzo Abe untuk membubarkan parlemen tingkat bawah ternyata dapat direspon cukup baik oleh investor.

Penguatan lainnya terjadi pada indeks Hang Seng di Hong Kong yang naik 87,48 poin atau 0,37 persen di 23,437.12, indeks Shanghai di Tiongkok naik 34,45 poin atau 1,40 persen di 2,487.11, indeks Kospi di Korea Selatan naik 6,80 poin atau 0,35 persen di 1,964.84.

Namun, indeks ASX200 di Australia, harus terkoreksi sebesar 11,94 poin atau 0,22 persen menjadi 5,304.31.

Penutupan Bursa Saham Amerika Serikat

Senada dengan Asia, penguatan juga terjadi terhadap bursa saham Amerika Serikat (Wall Street).

Kondisi demikian, mengindikasikan terjadinya reli akibat upaya stimulus dari Bank Sentral Tiongkok maupun Bank Sentral Eropa yang mengambil tindakan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi menyampaikan bahwa dirinya akan melakukan apa yang diperlukan untuk menaikkan inflasi di kawasannya secepat mungkin.

Sementara itu, Tiongkok memangkas suku bunga acuannya untuk pertama kali sejak Juli 2012. Bahkan, bank sentral negeri tirai bambu tersebut, akan menurunkan suku bunga deposito satu tahun dan suku bunga pinjaman satu tahun.

Pada penutupan perdagangan dini hari tadi, Wall Street mampu menanjak, ditandai dengan indeks Dow Jones kembali mecetak rekor tertingginya.

Hormati Putusan MK, Ganjarist: Pertarungan Pilpres Sudah Selesai Namun Perjuangan Kami Belum

Seperti diberitakan CNBC, Dow Jones naik 91,06 poin atau 0,51 persen ke level 17.810,06. Disusul oleh naiknya indeks S&P500 sebesar 10,75 poin atau 0,52 persen ke 2.063,50 serta indeks Nasdaq naik 11,10 poin atau 0,24 persen menjadi 4.712,97.

BACA JUGA:

Progres Pembangunan Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 1 Capai 83,85 Persen

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya