Peningkatan Impor Oli, Tantangan Industri Pelumas Nasional

Menteri Perindustrian Kunjungi Pabrik Produsen Serat Ban
Sumber :
  • VIVAnews/Ahmad Rizaluddin

VIVAnews - Ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri pelumas Indonesia. Salah satunya adalah peningkatan impor pelumas.

"Industri pelumas nasional mendapat tantangan dengan adanya impor produk pelumas yang meningkat 50 persen dalam empat tahun, yaitu 200 ribu kiloliter (KL) pada 2010 menjadi 300 ribu KL pada 2013," kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin, dalam acara kunjungan di pabrik pelumas Shell dan fasilitas Jetty di Kawasan Industri dan Pergudangan Marunda Center, Bekasi, Selasa 13 Januari 2015.

Saleh mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh industri oli nasional adalah bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Kondisi ini menjadikan industri pelumas di Indonesia masih sebatas formulasi dan pencampuran (compounding).

"Oleh karena itu, perlu ada rantai pasok yang terintegrasi antara sektor hulu (upstream) dan hilir (downstream) atau antara bahan baku berupa lube base oil dengan produk pelumas," tuturnya.

Selain itu, dia melanjutkan, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015 akan dibuka. Dengan wilayah ASEAN seluas 4,47 juta kilometer persegi dan populasi penduduknya 601 juta jiwa, AEC bisa menjadi peluang industri pelumas dalam negeri untuk mengembangkan pasar ekspor dan menarik investor ke Indonesia.

"AEC juga memungkinkan terjadinya joint venture dengan perusahaan di ASEAN untuk memudahkan akses bahan baku yang belum dapat diproduksi di dalam negeri," ungkapnya.

Namun, Saleh mengungkapkan bahwa ada satu tantangan lagi yang harus dihadapi industri oli lokal terkait pasar bebas ASEAN itu, yaitu meningkatnya arus barang, jasa, dan tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN.

Saleh Husin: Reshuffle Jadi Titik Balik Perbaikan Ekonomi

"Hal ini perlu diwaspadai mengingat 75 persen impor produk pelumas berasal dari ASEAN yang didominasi oleh Singapura," ujarnya.

Menurut data Kementerian Perindustrian, saat ini, ada lebih dari 20 pabrik pelumas atau lube oil blending plant (LOBP) di Indonesia dengan kapasitas keseluruhan 1,8 juta KL per tahun dan omzetnya mencapai Rp7 triliun. Sementara itu, potensi pasar di dalam negeri hanya sebesar 850 ribu KL per tahun, sehingga terjadi over capacity sebesar 47 persen.

Impor dikendalikan
Saleh menyebut, perlu adanya upaya pengendalian impor produk pelumas dan pengamanan pasar dalam negeri. Caranya, lewat kebijakan non tarif, seperti penerapan SNI wajib, program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan perlindungan perdagangan lewat safeguard, bea masuk, anti dumping, serta instrumen perdagangan lainnya.

"Dengan adanya over capacity pelumas dalam negeri akan menjadi peluang untuk mendorong ekspor ke ASEAN, bahkan ke luar ASEAN, seperti Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Timur Tengah, dan Uni Eropa," tuturnya. (art)

Infrastruktur Tol Cipali Terus Dikebut

Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop

Industrialiasi tantangan untuk pertumbuhan ekonomi.

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2016