Penghapusan Tiket Murah Pesawat Hambat Pertumbuhan Ekonomi

AirAsia Airbus A320
Sumber :
  • REUTERS/Enny Nuraheni/Files
VIVA.co.id
Setahun Tragedi AirAsia QZ8501 Diperingati di Surabaya
- Rencana penghapusan tiket murah, khususnya pada angkutan penerbangan, dinilai akan menyulitkan masyarakat. Imbas lainnya akan menimpa pelaku bisnis penerbangan. Juga menghambat pengembangan sektor pariwisata yang dirintis banyak daerah di Indonesia.
Airbus Juga Bersalah pada Jatuhnya AirAsia QZ8501

Penilaian itu disampaikan anggota Komisi V (Bidang Perhubungan) DPR RI, Bambang Harjo, di Surabaya, Jumat, 16 Januari 2015.
Terungkap Misteri Jatuhnya AirAsia QZ8501


Bambang mencontohkan, Garuda Indonesia, dengan tiket mahal karena
full service
masih bisa merugi sekitar Rp2 triliun pada 2014. Sedangkan Citilink yang menjual tiket murah justru untung Rp45 miliar.


"Itu akibat kepanikan yang berlebihan pasca kecelakaan pesawat AirAsia. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, kerap memunculkan kebijakan yang memicu polemik. Mulai dari memberikan
statement
(pernyataan) penerbangan AirAsia ilegal, sampai wacana pengahapusan tiket murah," ujar Bambang.


Soal keselamatan, tiket mahal atau yang murah, standarnya tetap sama.


"Indonesia ini negara kepulauan. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, termasuk pariwisata, dibutuhkan mobilitas masyarakat yang tinggi. Jika tarif tiket mahal, mobilitas masyarakat akan terbatasi," jelasnya.


Soal asuransi, Bambang menyebut Kementerian Perhubungan belum mengawal sepenuhnya. Termasuk asuransi untuk keluarga korban penumpang AirAsia.


"Mengklaim sebagai penerbangan ilegal, itu bisa berdampak pada perolehan asuransi. Untung pihak AirAsia dan Singapura menganggap itu penerbangan legal, dan asuransi bisa keluar," ujarnya.



Baca berita lain:



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya