Mantan Ketua BPK: Menteri Jokowi Tak Ada yang Paham Ekonomi

Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ismar Patrizki
VIVA.co.id
Jokowi: Jangan Mimpi KEK Terwujud Kalau Terus Menunda
- Mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution, mengakui bahwa Presiden Jokowi memiliki cara pandang yang baik dalam mendorong kemajuan ekonomi. Namun, itu tidak didukung kapasitas menteri yang ahli di bidang ekonomi.
Ke Tanjung Lesung, Jokowi Naik Helikopter dari Istana Bogor

“Di pemerintahan sekarang, tidak ada yang ahli memahami ekonomi dan pergerakan keuangan global,” kata Anwar dalam sebuah diskusi tentang ekonomi Indonesia di kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jumat 20 Maret 2015.

Anwar bahkan meragukan kemampuan para menteri Jokowi menguasai persoalan ekonomi makro Indonesia dan persoalan ekonomi dunia. Dia menjelaskan, masalah ekonomi terletak pada pengendalian kurs mata uang, namun harus juga ditopang daya saing dalam perdagangan global.

Tim ekonomi pemerintahan Jokowi tidak sehebat tim ekonomi Orde Baru saat Presiden Soeharto awal berkuasa. Soeharto saat itu, kata Anwar, memiliki tim ekonomi yang tangguh yang terdiri para teknokrat lulusan universitas ternama dari Amerika Serikat yang mengetahui tentang persoalan ekonomi.

Anwar juga memberikan solusi agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh dan maju seperti yang dilakukan Tiongkok, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Salah satu kebijakan yang perlu diambil Jokowi adalah meningkatkan rasio penerimaan pajak yang hingga kini terendah di Asia Tenggara.

“Hampir 70 tahun tax ratio kita hanya 12 persen dari PDB,” tuturnya.

Untuk meningkatkan ekspor dan daya saing pengusaha di tingkat perdagangan global, Anwar mengusulkan pemerintah meniru langkah kebijakan Korea Selatan di era 1980an. Kebijakan itu, di antaranya, menciptakan iklim usaha yang kompetitif dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit agar menjadi lebih rendah, memberikan akses ke valuta asing, serta memberikan keringanan pajak agar bisa menumbuhkan produk industri manufaktur yang berorientasi ekspor.

“Malaysia itu dulunya mengandalkan karet dan timah. Sekarang Malaysia 70 persen ekspor mereka dalam bentuk manufaktur,” katanya.

Selain itu, kata Anwar, Jokowi juga harus mempercepat pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan konektivitas antarpulau dan mengurangi pungli dalam pengiriman logistik antardaerah karena menyebabkan produk dalam negeri tidak bisa bersaing akibat harga mahal.

“Produktivitas kita tidak bisa ditingkatkan karena banyak distorsi akibat aturan pemda. Sudah jalan di daerah sempit, waktu pengiriman jadi panjang, belum lagi pungli di sepanjang jalan,” katanya. (one)

![vivamore="
Piala Asia U-23 Pakai Head to Head atau Selisih Gol? Ini Syarat Timnas Indonesia ke Perempat Final
Baca Juga :"]




[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya