Rupiah Belum Menguat, Tekanan Jual Masih Bayangi IHSG

Papan elektronik IHSG
Sumber :
  • ANTARA/Vitalis Yogi Trisna

VIVA.co.id -  Pada perdagangan hari ini tekanan jual diperkirakan akan kembali mendominasi perdagangan. Hal ini menyusul meningkatnya kekhawatiran berlanjutnya pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat dan merosotnya kembali harga komoditas.

"Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak dengan support (batas bawah) di 4010 dan resisten (batas atas) di 4250," kata Analis First Asia Capital David N Sutyanto kepada VIVA.co.id, Selasa, 25 Agustus 2015.     

Pasalnya, IHSG kemarin kembali anjlok hingga 172 poin atau 3,97 persen tutup di 4163 akibat meningkatnya kekhawatiran atas gejolak pasar saham global dan depresiasi rupiah. "Nilai tukar rupiah atas dolar AS untuk pertama kalinya sejak 1998 menembus level Rp14 ribu di Rp14.049 melemah 0,8 persen dari akhir pekan lalu," ujarnya.

David melanjutkan, dampak yang lebih parah dihadapi rupiah karena ekspor Indonesia anjlok terutama terdampak harga komoditas primer yang terus melemah. Juli lalu ekspor Indonesia turun 19,23 persen (yoy). Tekanan mata uang emerging market dan dampaknya terhadap perekonomian domestik telah memicu keluarnya arus dana asing dari aset berisiko.

Pada perdagangan kemarin, penjualan bersih asing mencapai Rp734,21 miliar. Sepanjang tahun ini hingga kemarin penjualan bersih asing mencapai Rp5,11 triliun, IHSG anjlok 20,34 persen (YTD), dan rupiah koreksi 13 persen (YTD).

Sementara itu, tekanan jual di pasar saham kembali meningkat setelah bursa saham Tiongkok kemarin anjlok 8,5 persen (indeks Shanghai), terburuk sejak 2007 lalu.

"Langkah bank sentral Tiongkok mendevaluasi mata uangnya secara drastis 3,3 persen pada pertengahan Agustus lalu dan rencana kenaikan bunga The Fed telah menekan mata uang emerging market," ujarnya.

Sejalan dengan meningkatnya risiko pasar, tekanan jual kembali melanda perdagangan saham di bursa global tadi malam. Indeks Eurostoxx di zona Euro anjlok 5,35 persen di 3073,39.

IHSG Diproyeksi Naik, Ini Pendorongnya

Indeks DJIA di Wall Street pada awal perdagangan sempat anjlok 1.000 poin sebelum akhirnya berhasil mengurangi kerugian ditutup anjlok 3,57 persen atau 588,40 poin di 15871,35. Indeks S&P anjlok 3,94 persen di 1893,21.

Sedangkan harga minyak mentah tertekan hingga 5,81 persen di US$38,10 per barrel. Pemodal menghindar dari aset berisiko seiring meningkatnya kekhawatiran terjadinya krisis Tiongkok, menyusul langkah PBoC mendevaluasi Yuan pekan sebelumnya secara drastis. Langkah PBoC ini membuat rencana kenaikan tingkat bunga The Fed menghadapi risiko.

Namun, David optimistis di akhir sesi diperkirakan akan berpeluang membaik terutama apabila pemerintah merealisasikan rencana buyback saham sejumlah BUMN untuk meredam kepanikan di pasar saham.

Pekerja membersihkan kaca di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

IHSG fluktuatif dan turun terus hingga 11,65 poin.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016