Aura Positif Warnai Lantai Bursa, IHSG Bisa Menguat Lagi

Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
- Indeks harga saham gabungan (IHSG) diramalkan akan melanjutkan penguatan hari ini, didorong sentimen positif Wall Street. Aksi beli investor akan mendominasi pedagangan pasar modal Indonesia. 

IHSG Diproyeksi Naik, Ini Pendorongnya
Analis First Asia Capital David N Sutyanto mengatakan, harga sejumlah saham unggulan yang sudah jenuh dijual akan diburu oleh pemodal yang memanfaatkan kondusifnya pasar saham global.

Wall Street Catat Rekor Anjlok Terlama Sejak Krisis 2008
"IHSG berpeluang menguat menembus level 4.300. Sedangkan level support (batas bawah) di 4160," ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 27 Agustus 2015.  

David menjelaskan, Wall Street tadi malam berhasil kembali bullish (pasar sedang mengalami kenaikan) menghentikan koreksi dalam enam hari perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat tajam 3,95 persen dan 3,90 persen tutup di 16.285,51 dan 1.940,51. 

"Aksi beli balik pemodal di Wall Street merupakan aksi ‘short covering’ ditopang sentimen redahnya tekanan jual di pasar saham Tiongkok menyusul langkah PBoC (bank sentral Tiongkok) menurunkan kembali tingkat bunganya 25 bp dan data-data ekonomi AS yang keluar menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut terus berlanjut," tuturnya.

Sedangkan perdagangan saham kemarin berlangsung bervariasi di tengah masih tingginya resiko pasar dan aksi beli selektif pemodal memanfaatkan harga saham sektoral yang relatif murah.

Seperti diketahui, IHSG sempat anjlok 67 poin pada sesi pertama perdagangan kemarin, namun di akhir sesi, aksi beli selektif pemodal akhirnya berhasil mengangkat IHSG tutup di teritori positif, menguat 9,232 poin (0,22 persen ) di 4.237,733.

"Penguatan IHSG kemarin masih dibayangi risiko depresiasi rupiah atas dolar AS yang berada di Rp14.100 dan berlanjutnya arus dana asing yang keluar," ujarnya.

Nilai penjualan bersih asing kemarin mencapai Rp527,58 miliar. Sepanjang Agustus ini saja hingga kemarin penjualan bersih asing di pasar saham telah mencapai Rp10,21 triliun.

Menurutnya, dampak depresiasi rupiah sebagai akibat devaluasi Yuan Tiongkok dan rencana kenaikan tingkat bunga The Fed untuk pertama kali sejak 2006 lalu telah meningkatkan kekhawatiran berlanjutnya perlambatan ekonomi domestik yang sebelumnya telah tertekan akibat kebijakan uang ketat Bank Indonesia (BI).

"BI pekan ini kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi di kisaran 4,7 persen hingga 5,1 persen dari sebelumnya 5 persen-5,4 persen," tuturnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya