Ekonom: Kinerja Mata Uang Rupiah Memang Terburuk di Asia

Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo & Ketua Fraksi PAN Tjatur Sapto Edy
Sumber :
  • Antara/ Ujang Zaelani
VIVA.co.id - Pakar ekonomi Drajad Wibowo mengaku sependapat dengan penilaian sebagian kalangan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat memang akibat faktor ekonomi global. Pemerintah pun menyampaikan argumentasi serupa untuk menjelaskan alasan perlambatan perekonomian Indonesia.
Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Menurut Drajad, yang juga Direktur Sustainable Development Indonesia, argumentasi Pemerintah memang tak dapat dibantah. Soalnya krisis serupa memang terjadi di banyak negara dunia. Dia menyebut keadaan ekonomi sekarang adalah situasi yang yang tidak bisa dihindarkan.
Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

Namun Drajad memberikan catatan, selain faktor global, pelemahan rupiah atas dolar Amerika juga akibat kinerja mata uang nasional memang buruk. Bahkan, katanya, kinerja rupiah termasuk paling buruk dibanding mata uang lain di Asia.
PAN Minta Warga Surabaya Rela Lepas Risma ke DKI

"Rupiah ini merupakan mata uang dengan kinerja paling buruk di kawasan Asia, terburuk setelah ringgit (Malaysia)," kata Drajad ditemui di Jakarta pada Sabtu, 29 Agustus 2015.

Mantan legislator Partai Amanat Nasional (PAN) itu menguraikan perbedaan rupiah dengan ringgit. Menurutnya, kinerja ringgit buruk karena krisis politik di Malaysia sehingga memengaruhi perekonomian nasional. Sedangkan situasi politik Indonesia relatif stabil sehingga hampir tak memengaruhi rupiah.

"Kenapa rupiah dihukum oleh pasar dengan penilaian terburuk tersebut, itu karena yang paling jelas adalah teman-teman pe-market yang ada di luar Indonesia menganggap pemerintah kita terlena," kata Drajad.

Ia menjelaskan, karena pe-market internasional beranggapan seperti itu, mereka yakin pemerintah Indonesia akan santai dan tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi permasalahan nilai rupiah. Mereka leluasa melakukan apa pun keinginan mereka.

Sejauh ini, kata mantan Wakil Ketua Umum PAN itu, pelaku pasar sudah pintar membaca gerak-gerik Gubernur Bank Indonesia.

"Gubernur BI memang ini karakternya, dia kalau sesuatu yang tidak mungkin dia menangkan, dia tidak akan buang-buang uang. Dia tahu tidak mungkin menang perang dalam menghadapi penurunan rupiah. Karena itu dia enggak mau buang-buang uang. Dari sisi otoritas moneter, perilakunya sudah kebaca market. Market-nya bukan di Jakarta, tapi pemain pasar di Singapura, Hong Kong, dan Eropa," Drajad menguraikan.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya