Investasi yang Diteken Jokowi di AS Terbesar Usai Reformasi

Sumber :
  • REUTERS / Jonathan Ernst

VIVA.co.id - Sekretaris Kabinet Pramono Anung, mengatakan kunjungan Presiden Joko Widodo menghasilkan kesepakatan besar untuk investasi di Indonesia.

Bank Mandiri Jadi Penyalur Investasi Asing ke Daerah

Menurutnya, dari lawatan itu, Jokowi berhasil menarik investasi yang nilainya sangat besar.

"Karena dalam kunjungan ini, ada US$20,5 miliar yang ditandatangani, diinvestasikan oleh Amerika, dan ini merupakan investasi terbesar dalam era setelah era Reformasi," kata Pramono Anung, di kantornya, Rabu 28 Oktober 2015.

Menurut dia, nilai investasi itu, bahkan jauh lebih besar dibanding era pemerintahan sebelumnya. Nilai investasi dari AS pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hanya sebesar US$8 miliar.

"Ini merupakan arti yang signifikn. Jadi, yang membedakan adalah Presiden Jokowi memang selalu mengutamakan result (hasil), beliau mungkin tidak terlalu mempermasalahkan hal yang berkaitan dengan diplomasi, tetapi result," kata Pramono.

Berikut hasil kerja sama tersebut, seperti dilansir dari laman Setkab, Rabu 28 Oktober 2015.

A. Kesepakatan bisnis sebesar US$15,705 miliar meliputi:

1. Perjanjian jual beli gas alam cair (LNG) antara Pertamina dan Corpus Christie Liquefaction senilai US$13 miliar, untuk pengiriman LNG ke FSRU Lampung bagi kebutuhan gas di wilayah barat Indonesia dan LNG Terminal untuk Indonesia wilayah timur.

2. Ekspansi Phillip Morris sebesar US$1,9 miliar (US$500 juta untuk belanja modal dan US$1,4 miliar berupa penerbitan saham baru Sampoerna). Belanja modal tersebut untuk perluasan pabrik dan perkantoran, serta investasi yang akan dilakukan dalam kurun waktu 2016-2020.

3. Coca Cola juga akan investasi US$500 juta untuk perluasan dan penambahan produksi, pergudangan, distribusi, dan infrastruktur minuman ringan selama 2015-2018.

4. Rencana pengembangan lahan “shale gas” Eagle Ford, Fasken milik Swift Energy yang akan dilakukan oleh Saka Energi dengan Swift Energy di Webb County, Texas dengan nilai sebesar US$175 juta.

5. Kesepakatan bisnis antara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan General Electric, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric dengan nilai sebesar US$100 juta untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo.

6. Kerja sama Universitas Udayana dengan Skychaser Energy untuk konservasi air dan reduce power consumption dengan nilai sebesar US$30 juta.

7. Kerja sama antara BNI syariah dan Master card untuk peluncuran kartu debit haji dan umrah yang diselenggarakan oleh BNI Syariah dengan Master Card.

B. Kesepakatan bisnis bernilai US$4,547 miliar terbagi dalam tiga grup, meliputi:

Grup 1

1. Antara PLN dan UPC Renewables senilai US$850 juta untuk pembangunan 350 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dalam waktu tiga tahun (2015-2018).

2. Antara Cikarang Listrindo dan General Electric nilai investasi sebesar US$600 juta untuk perluasan pembangunan pembangkit listrik (IPP).

3. Antara PT Indonesia Power dan General Electric untuk pembangunan pembangkit di Jawa Tengah sebesar 700 MW senilai US$400 juta.

4. Antara PT PLN Batam dan General Electric senilai sebesar US$525 juta untuk pembangunan pembangkit bergerak (mobile) 500 MW di Mataram, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung, dan Sei Rotan.

BKPM Gandeng Bank Mandiri untuk Tampung Dana Investor

Grup 2

1. Antara PT Kereta Api Indonesia dan General Electric, senilai sebesar US$60 juta untuk perawatan 50 lokomotif selama delapan tahun.

2. Antara PLN dan Caterpillar senilai sebesar US$500 juta untuk proyek dua GW pembangkit tenaga hibrid dan Proyek Solar PV+ energy storage untuk microgrid di daerah-daerah terpencil (500 pulau) dengan solusi pembiayaan initial capital investment melalui power purchase agreement dengan PLN.

3. Rencana perluasan investasi Cargill pada 2015-2019 dengan nilai sebesar US$750 juta di mana sebesar US$84 juta sudah direalisasikan, sehingga investasi baru yang akan dilakukan sebesar US$666 juta.

4. Pembangunan Remanufacturing Facility untuk Cylinder Head di Cileungsi, Bogor oleh Caterpillar senilai sebesar US$12 juta yang merupakan self signing.

Grup 3

1.  Kerja sama antara Perum Peruri dengan Crane Currency untuk pembangunan pabrik pengaman uang kertas yang akan dibangun di Karawang dengan nilai sebesar US$10 juta dan antara Perum Peruri dengan Jarden Zinc untuk pembangunan pabrik di Karawang dengan nilai sebesar US$30 juta.

2. Kerja sama PT Pertamina dengan Bechtel Corporation dalam kurun waktu lima tahun untuk pembangunan dan pengembangan kilang dengan nilai transaksi US$800 juta.

3. Antara Kilat Wahana Jenggala dengan Hubbell Power Systems, yaitu ekspansi pada existing plant yang memproduksi/assembly insulator transmisi polymer untuk distribusi listrik, menambah lokalisasi transmisi sebesar US$5-10 juta. (asp)

 Dolar AS dan rupiah.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

Masih belum ada sentimen khusus yang mampu mendongrak kurs rupiah.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016