Kisah Mantan Kuli Bangunan di Blok M Jadi Pengusaha Sukses

Nellys Soekidi.
Sumber :
  • FOTO: VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Kisah Nellys Soekidi seperti dongeng. Diawali saat tamat SMA di Ngawi, Jawa Timur, tahun 1990. Ia bingung, setelah lulus SMA tidak ada pekerjaan.

Produk Anak Bangsa Ini Dilirik Eropa

Nellys lalu memutuskan pergi ke Jakarta. Tanpa tujuan yang jelas membuat ia harus bekerja serabutan. Mulai dari kuli bangunan sampai mengamen di kawasan Blok M.
 
Kondisi ekonomi keluarga yang lemah membuatnya harus melakukan hal ini. Jika proyek bangunan sedang sepi, Nellys juga tak segan untuk berburu rezeki di bus kota.
 
“Saya sering mangkal di kawasan Blok M. Kalau buruh bangunan lagi tidak ada, saya terpaksa mengamen untuk menyambung hidup,” ujar Nellys ketika ditemui VIVA.co.id, di pasar beras Cipinang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
 
Beruntung, suatu ketika, saat tengah mengamen di bus kota, ia bertemu dengan seorang teman dari kampung halaman yang dikenalnya. Temannya itu kemudian mengajak Nellys untuk bekerja di toko beras tempatnya bekerja. Ia ditawari pekerjaan sebagai bagian pembukuan.
 
Sekira tahun 1992, ia diajak untuk bekerja di toko beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PSBC). Tugasnya mencatat semua pengeluaran dan pemasukan toko, dengan gaji yang masih rendah.
 
Bekerja selama kurang lebih satu tahun ia mampu menabung uang Rp3 juta. Ia telah mengantongi banyak relasi di dunia penjualan dan pembelian beras. Karena itulah, di tahun 1993 ia nekat untuk berhenti dan memulai berjualan beras sendiri di los pasar. Modalnya  hanya Rp3 juta.
 
Dengan modal itu, ia hanya bisa berjualan di los pasar, tidak memiliki toko. Untungnya banyak relasinya yang mendukung. "Mereka menyimpan berasnya di saya untuk dijual dengan sistem konsinyasi, barang habis baru dibayar," kata Nellys.
 
Pelan tapi pasti, meski berjualan di los pasar, dalam sehari ia mendapat pasokan beras hingga 15-20 ton yang habis dalam waktu sehari atau dua hari. Karena penjualan Nellys yang terbilang bagus, akhirnya para pemasok beras pun semakin percaya dengan Nellys.
 
“Setelah barang habis, uangnya saya langsung berikan ke pemasok. Saya tidak menunda-nunda pembayaran. Untungnya saya tabung, tidak dipakai konsumtif,” ujar Nellys.
 
Lama kelamaan untung dari penjualan beras yang ditabungnya pun membesar. Setelah lima tahun berjualan di los, akhirnya ia mampu membeli sebuah toko (kios) yang lebih layak.

Dengan membeli sebuah kios di PIBC, bisnisnya semakin lancar. Untungnya ia tabung lagi. Begitu seterusnya sampai saat ini ia bisa membuka beberapa kios lainnya. Ia pun kini menjadi seorang pengusaha sukses di Pasar Induk Beras Cipinang. (ase)

Kisah Anak Yatim Piatu Jadi Pengusaha Herbal
Hariyadi B. Sukamdani, Ketum Asosiasi Pengusaha Indonesia.

Bos Sahid Grup Ungkap Kunci Sukses Jadi Pengusaha

Modal bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan.

img_title
VIVA.co.id
29 Juli 2016