- Chandra GA/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Bank Indonesia memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2017 akan bergerak di rentang Rp13.200-13.500 terhadap dolar Amerika Serikat. Perkiraan ini lebih kuat dari proyeksi bank sentral sebelumnya.
"Kami perkirakan sebelumnya Rp13.300-Rp13.600. Perkiraan ini juga sejalan dengan asumsi dalam nota keuangan Rp13.300," jelas Gubernur BI, Agus Martowardojo, dalam rapat kerja bersama Komisi XI di gedung parlemen Jakarta, Kamis malam 1 September 2016.
Menurut Agus, proyeksi tersebut masih sejalan dengan adanya perkiraan semakin menguatnya arus modal yang masuk tahun depan, diiringi dari implementasi program kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty.
Mantan Menteri Keuangan itu mencatat, pergerakan nilai tukar rupiah sejak Januari 2016 sampai dengan 1 September 2016 tercatat menguat terhadap dolar AS sebesar 3,9 persen, atau mencapai level Rp13.268 per dolar AS. Ini didukung dari faktor domestik maupun eksternal.
Dari sisi domestik, Agus menyebut, penguatan mata uang Garuda didukung oleh persepsi positif para pelaku pasar terhadap prospek perekonomian nasional, seiring dengan terjaganya stabilitas ekonomi makro Indonesia.
Sementara dari sisi eksternal, apresiasi rupiah didukung dari semakin meredanya risiko di pasar keuangan global, seperti dari faktor terbatasnya kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS (The Federal Reserve).
Meskipun pergerakan rupiah diperkirakan masih stabil, namun bukan berarti risiko yang mampu memberikan tekanan terhadap rupiah tidak diwaspadai. Prospek ekonomi Tiongkok dan Negeri Paman Sam pun akan tetap dicermati bank sentral.
"BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya," ungkap dia.
(ren)
