Aturan Harga Eceran Tertinggi Rugikan Pedagang Tradisional 

Pedagang daging sapi di pasar tradisional.
Sumber :
  • ANTARA/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id – Ikatan Pedagang Pasar Tradisional mengkhawatirkan aturan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan tentang harga eceran tertinggi, atau HET komoditas gula, daging, dan minyak goreng yang akan berlaku per hari ini di ritel-ritel modern. 

Harga Bawang Putih di Gianyar Naik Capai Rp 55 Ribu per Kilogram

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional Abdullah Mansuri mengatakan, acuan harga bahan pokok pangan publik (price leader) harusnya berada di pasar tradisional, bukan di ritel. 

Menurut dia, seharusnya pemerintah lebih mengambil langkah insentif terlebih dahulu untuk membenahi sistem tata niaga di pasar tradisional. Seperti, perbaiki jalur distribusinya, perbaiki rantai pasoknya, perkuat produksinya. 

Harga Daging Ayam dan Cabai di Pasar Tradisional Bandung Meroket

"Memperkuat pasokan di pasar tradisional, dapat memperbaiki jalur distribusi dibanding mengalihkan ke ritel. Tidak ada satu pun kajian ritel dapat mendorong penurunan harga di pasar tradisional. Tidak ada rujukan satu pun," kata Abdullah kepada VIVA.co.id pada Senin 10 April 2017. 

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sempat mengatakan, salah satu alasannya menetapkan kebijakan HET tiga komoditas untuk ritel, karena ritel adalah price leader

Mendag Zulhas Klaim Harga Bahan Pokok Turun Jelang Lebaran

"Pernyataan menteri sangat salah. Tidak ada satu pun media, saat harga daging tinggi cari datanya di ritel. Acuan publik pasar tradisional. Penurunan dan kenaikan harga mengacu pada pasar tradisional," ujar Abdullah. 

Ia berasumsi bahwa distribusi bahan pangan mau dialihkan ke ritel. Sehingga, jika benar. Itu berbahaya. Akhirnya, ia pun berasumsi kebijakan ini terkesan sporadis. Keberpihakan pemerintah melalui Kemendag lebih condong kepada konglomerat semakin besar.

"Kebijakan-kebijakan ini muncul akhirnya kami ungkap ke publik. Ada kesan kebijakan pemerintah mengkerdilkan pasar tradisional," ungkapnya. 

Kemudian, ia mengatakan jika pengalihan distribusi terhadap komoditas gula dan minyak goreng cenderung dapat dilakukan dibandingkan pada daging, karena dapat disuplai langsung dari pabrik produksi. Namun, tetap ia mengkhawatirkan rantai distribusinya semakin panjang. 

"Kalau minyak goreng dan gula memang bisa tembus langsung dari industri. Saya ikhlas, tetapi kalau daging enggak. Kami khawatir, satu-satu digeser ke ritel distribusinya, kan enggak fair, enggak adil," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya