Hasil Pertemuan Sri Mulyani dengan IMF dan Bank Dunia

Menkeu RI Sri Mulyani (Kiri) dan Menkeu Jepang Taro Aso (Kanan)
Sumber :
  • REUTERS/Mike Theiler

VIVA.co.id – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menceritakan sedikit mengenai hasil pertemuan para bendahara negara dan gubernur bank sentral negara beberapa waktu yang lalu dalam Pertemuan Rutin Tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat.

Bank Dunia dan IMF Berlomba Suntik Dana Miliaran Dolar ke Ukraina

Melalui akun Facebook Kementerian Keuangan yang dikutip VIVA.co.id, Selasa 25 April 2016, bendahara negara membeberkan berbagai macam pemikiran yang muncul dari para penjaga keuangan negara dari berbagai negara. Salah satunya, adalah bagaimana negara berkembang menghadapi kenaikan suku bunga bank sentral AS.

“Saya juga melakukan kegiatan untuk bertemu dengan menteri keuangan yang penting, dalam sisi mitra terhadap Indonesia,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani.

Situasi Mencekam, Bank Dunia dan IMF Pindahkan Staf dari Ukraina

Pertemuan ini, sekaligus dimanfaatkan mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu untuk bertemu Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, dalam rangka menindaklanjuti kerja sama di bidang Financial Action Task Force, yang termasuk dalam divisi untuk melihat lebih jauh bagaimana menangani pencucian uang, dan pembiayaan terhadap terorisme.

“Saya juga berbicara soal perpajakan, di mana pemerintah Indonesia telah selesai melakukan tax amnesty, dan mereformasi perpajakan. Sementara itu, pemerintah AS, sekarang sedang melakukan reformasi perpajakan,” katanya.

Bantu Kembangkan Program JKN, Bank Dunia Kasih Pinjaman RI US$400 Juta

Dalam kesempatan itu, Ani pun menghadiri komite yang diinisiasikan oleh Dana Moneter Internasional yang terdiri dari Gubernur Bank Sentral dan Menkeu dari 189 negara. Fokus pembahasan dalam komite tersebut, adalah mengenai kondisi ekonomi dunia yang masih penuh dengan ketidakpastian.

“Ada dua hal positif dari pertemuan tersebut, yakni ekonomi tahun 2017 dan 2018, memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

Kendati demikian, masih ada tantangan yang cukup besar. Risiko yang berasal dari gelombang proteksionisme, geopolitik, serta ketidakpastian dari arah kebijakan negara maju menjadi kekhawatiran tersendiri. Maka dari itu, hasil pertemuan tersebut pun menekankan kepada seluruh negara, agar memiliki kebijakan ekonomi yang komprehensif. (asp)

“Kerja sama dan koordinasi kebijakan bisa dilakukan agar ekonomi dunia sehat. Dengan demikian, ekonomi masing-masing negara baik,” kata Ani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya