Neraca Perdagangaan Juni 2017 Surplus US$1,63 miliar

Kantor BPS
Sumber :
  • Vivanews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2017 tetap mengalami surplus, yakni sebesar US$1,63 miliar. Ini disumbang oleh nilai ekspor sebesar US$11,64 miliar dan nilai impor US$10,01 miliar.

BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, selama Mei hingga Juni 2017, harga komoditas di pasar internasional belum tercatat stabil. Beberapa komoditas, baik migas dan non migas masih berfluktuasi sehingga sebabkan nilai ekspor impor pada Juni 2017 menurun dibanding bulan sebelumnya.

"Ada komoditas yang mengalami penurunan dan ada yang mengalami peningkatan. Tentunya fluktuasi harga beberapa komoditas ini berpengaruh pada nilai ekspor impor kita," ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin 7 Juli 2017.

Neraca Perdagangan RI Februari 2022 Surplus US$3,83 Miliar

Ia menguraikan nilai ekspor Juni 2017 yang sebesar US$11,64 miliar itu menurun sebesar 18,82 persen dibandingkan dengan Mei 2017. Sementara dibandingkan dengan Juni 2016 turun sebesar 11,82 persen.

Menurut dia, penurunan ekspor itu terjadi lantaran, pada Ramadan dan Lebaran ada musim libur yang menurunkan kegiatan ekspor impor.

BI: Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV 2021 Defisit US$844 juta

"Karena ada libur dan juga larangan kontainer masuk ke jalan tol.  Itu yang membuat ekspor turun 18,82 persen," ujar dia. 

Sementara, untuk impor yang tercatat sebesar US$10,01 itu turun sebesar 27,26 persen dibanding Mei 2017. Sedangkan, dibanding Juni 2016 turun 17,21 persen. 

"Karena sehabis Ramadan itu turun ke Lebaran, kalau tahun lalu Ramadan pada Juni, berarti lebih tajam tahun lalu dibanding sekarang," kata dia.

Suhariyanto menerangkan, angka surplus neraca perdagangan ini diharapkan bisa bertahan hingga akhir tahun. Angka surplus neraca perdagangan secara kumulatif, sejak awal tahun hingga Juni 2017 tercatat sebesar US$7,63 miliar

"Secara kumulatif ini tertinggi sejak 2012. Ini perkembangan yang menggembirakan, terutama terjadi peningkatan pada kuartal I 2017 yang surplusnya naik 4,09 persen dibanding tahun lalu yang hanya naik 1,77 persen," ujar dia. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya