Penghentian Ekspor ke Myanmar Tak Pengaruhi Perdagangan RI

Dua pekerja di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok tengah melintas dengan sepeda motor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Aksi kekerasan yang dialami warga Rohingya di negara bagian Rahkine, Myanmar, menuai kecaman dari berbagai pihak. Bahkan, sejumlah pengamat ekonomi menilai pemerintah Indonesia perlu memberikan sanksi ke negara tersebut, misalnya penghentian ekspor.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, secara keseluruhan, ekspor Indonesia ke Myanmar tidak begitu besar. Sehingga, tidak akan berpengaruh kepada total ekspor Indonesia sendiri.

"Jadi, enggak akan berpengaruh kepada total ekspor kita. Kita kan, tiga terbesarnya (pangsa pasar eskpor) Amerika, Jepang, China," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Senin 4 September 2017.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Ia juga menilai, baik ekspor maupun investasi di negara tersebut juga masih sangat kecil. Kendati demikian, dia mengaku akan menyampaikan secara rinci pada pemaparan ekspor bulan selanjutnya.

"Tapi kalau mau data ekspor ke Myanmar bisa disimak nanti, kecil sekali lah," kata dia.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Mengutip data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Myanmar per bulan Juni 2017 adalah US$59,4 juta dengan berat 98.714 ton. 

"Saya enggak hafal, tetapi ada komoditas-komoditasnya," tutur dia.

Ilustrasi ekspor impor.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Bank Indonesia (BI) menilai surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 akan menopang ketahanan eksternal perekonomian RI ke depan.

img_title
VIVA.co.id
16 Februari 2024