Dari Pinggir NTT, Kementan Jual Bawang Merah ke Timor Leste

Gerai bawang merah di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id – Kementerian Pertanian melepas ekspor perdana bawang merah sebanyak 30 ton ke Timor Leste di Pos Lintas Batas Motamasin, Kabupaten Malaka, NTT. Langkah ini menjadi upaya mendorong kesejahteraan petani di perbatasan

Bea Cukai Lakukan Uji Coba Modul Vehicle Declaration dalam Sistem CEISA 4.0

Pelepasan ekspor di perbatasan RI-Timor Leste dilakukan oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman melalui sambungan telepon dan Dirjen Peternakan Republic Democrate of Timor Leste (RDTL), Joanita Dakosta Jong pekan lalu.

Amran mengatakan, ekspor bawang merah merupakan bentuk kerja nyata Kementan dalam mengimplementasikan Nawacita pemerintahan Jokowi-JK, yakni membangun negara dari pinggiran. Hasil ekspor ini, mendorong kesejahteraan masyarakat pedesaan khususnya di perbatasan.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

“Pendekatannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pertanian di wilayah perbataan dan meningkatkan kualitas pertanian, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara tetangga,” kata Amran dalam keterangan tertulisnya, Senin 16 Oktober 2017.

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur, Ani Andayani menjelaskan bawang merah yang diekspor ini diproduksi petani Kabupaten Malaka dan Belu, NTT.

Ribuan Produk Kerajinan RI Bakal Banjiri Pasar Kanada

Bawang merah diangkut melalui kontainer, di mana tiap kendaraan mengangkut sekira lima ton. Pada 2017 ini, ekspor bawang merah direncanakan 200 ton yang dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan kuota dari RDTL.

“Pengembangan bawang merah di NTT terencana 200 hektare dari potensi lahan 3.000 sampai 4.000 hektare. Meski baru diimplementasikan beberapa bulan silam, namun produktivitasnya cuma tinggi, mencapai 16 ton per hektare. Hal ini, karena Malaka kelebihannya perolehan air cukup," katanya.

Selain itu, lanjut Ani, tingginya produktivitas tersebut berdampak terhadap persentase kontribusi Malaka terhadap total produksi bawang merah di NTT, mencapai 20 persen (500 ton). Sedangkan di tingkat nasional, kontribusi NTT baru 0,16 persen.

“Tetapi, ekspor sudah banyak, 3,5 persen kontribusi untuk nasional," jelas Ani.

Perlu diketahui, sejak 2016 Indonesia sudah ekspor bawang merah, namun pada 2017 volumenya melonjak drastis dengan kualitas tinggi. Saat ini, bawang merah Malaka dan Belu telah mengantongi sertifikat dari Badan Karantina Kementan, jenis organik, memenuhi standar, dan layak ekspor.

Lebih lanjut, Ani mengatakan, selain bawang merah, komoditas pertanian lainnya yang berpeluang ekspor dari wilayah perbatasan adalah jagung, kacang hijau, jambu mete, babi dan unggas.

Khusus untuk unggas, kata dia, saat ini kebutuhan unggas dan produk unggas RDTL masih dipenuhi impor dari Brasil yang memakan waktu enam bulan dalam perjalanan. Sehingga, Indonesia memiliki peluang untuk ekspor.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya