Dua Persoalan Masih Hantui Tiga Tahun Jokowi-JK

Pemerintah tidak akan menerbitkan kebijakan yang menggerus daya beli masyarakat hingga di penghujung tahun.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Institute for Development of Economics and Finance mengungkapkan, ada dua persoalan utama yang masih menghantui tiga tahun era kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Karena itu, perlu strategi jitu untuk menyelesaikan persoalan itu.

Harga BBM Non-subsidi Pertamina Tidak Naik, Erick Thohir: Demi Jaga Stabilitas Ekonomi

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengungkapkan, masalah pertama terkait daya beli masyarakat. Dalam tiga tahun, hampir tidak ada sinyal perbaikan daya beli masyarakat untuk menggenjot perekonomian.

“Daya beli di kelompok menengah bawah dalam tiga tahun terakhir terus menurun. Pusat perbelanjaan jadi sepi dan penjualan kendaraan bermotor anjlok,” kata Bhima di Jakarta, Rabu 18 Oktober 2017.

Pertumbuhan Ekonomi AS Beri Tekanan ke Ekonomi Global, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Bhima mengatakan, konsumsi rumah tangga masih memegang peranan penting dalam menggenjot perekonomian nasional. Kontribusi konsumsi rumah tangga, saat ini mencapai 56 persen terhadap produk domestik bruto.

Namun, upaya pemerintah dalam menggairahkan daya beli masyarakat dalam tiga tahun terakhir belum optimal. Gencarnya pembangunan infrastruktur yang diharapkan ikut mengerek pendapatan tenaga kerja pun, belum cukup terasa hasilnya.

Dukung UMKM Indonesia, BRI Gelar Pesta Rakyat Simpedes

“Di sisi lain, ada kecenderungan inflasi intinya turun. Mencerminkan daya dorong dari sisi permintaan lemah,” katanya.

Utang pemerintah yang melonjak dalam tiga tahun terakhir pun menjadi sorotan. Sejak awal memimpin pada 2014, utang di era kepemimpinan Jokowi-JK sudah mencapai lebih dari Rp1.000 triliun, atau lebih besar dari dua periode pemerintahan sebelumnya.

“Laju utang lebih cepat dari penerimaan pajak. Ini sudah lampu kuning, harus direm,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya