Birokrasi RI yang Kebanyakan Rapat Hambat Investasi

Kepala BKPM Thomas Lembong.
Sumber :
  • ANTARA/Muhammad Adimaja

VIVA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengakui, budaya birokrat di Indonesia masih belum efisien. Banyak hal yang diformulasikan menjadi kebijakan, namun panduan pelaksanaannya masih sedikit. 

Anies Ungkap Penyebab Investor Asing Enggan Masuk RI: Kita Punya Masalah, Jangan Ditutupi!

Thomas mengatakan, proses transisi sebuah kebijakan pun banyak yang tidak melalui proses yang baik karena banyaknya rapat-rapat yang memakan waktu. Sehingga tak jarang ini menghambat investasi asing.

"Tidak ada porses transisi. Mengagetkan, bagaimana tidak efisiennya cara kita di birokrasi," kata Thomas dalam acara U.S-Indonesia Investment Summit di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis 2 November 2017.

Ekonom: Pesta Demokrasi RI Dorong Konsumsi, Tapi Investasi Asing Menciut

Tak hanya itu, Thomas juga menyindir banyaknya para pejabat yang selalu mengutamakan budaya rapat melalui tatap muka. Padahal,  negara maju sudah melakukan rapat dengan surat elektronik ataupun di dunia maya .

"Di negara maju, dengar kata meeting kita melakukan lewat email kalau ada hal yang mau disampaikan lewat diskusi melalui email hanya dengan menyentuh reply to all. Ini berlangsung lewat email, mungkin Karena mengetik melelahkan (bagi birokrat Indonesia)," ujar dia. 

ASEAN-BAC: Thailand Jadi Contoh yang Berhasil Memanfaatkan Potensi Investasi Asing di ASEAN

Ia pun menegaskan, bagi negara maju, birokrat dan para pejabat tidak mau kehilangan waktu dengan rapat. Indonesia juga sudah mulai harus mencontoh hal tersebut.

"Di negara maju tidak mau kehilangan waktu dengan meeting. Negara kita kurang budaya membaca dan menulis. Ini adalah salah satu alasannya sejak masa kanak-kanak tidak terlalu banyak membaca, sampai ke usia kerja tidak biasa membaca," ujarnya. (mus)

Ilustrasi investasi bodong.

Hati-hati, Simak 9 Tips Paling Efektif Agar Tak Tertipu Investasi Bodong

Mengenali investasi yang sah dan yang palsu tidaklah terlalu sulit. Meskipun demikian, masih banyak korban investasi palsu yang terus muncul. Penyebanya kurang pemahaman.

img_title
VIVA.co.id
21 Maret 2024