Industri Pariwisata Berjuang Yakinkan Bali Aman

Sejumlah warga menyaksikan kepulan asap dan abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Agung di Desa Datah, Karangasem, Bali, Senin (27/11/2017).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA – Industri pariwisata Bali saat ini sedang berjuang. Di tengah letusan Gunung Agung yang saat ini belum mencapai klimaks, perjuangan pebisnis di Bali adalah bagaimana meyakinkan wisatawan bahwa daerah tersebut masih aman dikunjungi. 

Dinas Pariwisata Bali Gencar Antisipasi Kejahatan dan Gangguan Wisatawan

Aura kepanikan para pemilik toko yang terus berusaha meyakinkan wisatawan bahwa keadaan aman, sangat menyelimuti. Namun, letusan Gunung Agung pun mengungkapkan cerita lain. 

"Kami masih buka, jaraknya 18 kilometer dari gunung berapi. Gunung lain melindungi kita, Angin dan abu tak sampai ke Amed," Kata Nyoman Miskin Aryana dikutip dari Sout China Morning Post, Kamis 30 November 2017. 

Strategi Baru Industri Perhotelan untuk Menarik Wisatawan Setelah Pandemi

Aryana adalah pengelola sebuah rumah singgah berisi tiga kamar di Amed, sebuah desa pesisir Bali yang populer dengan wisata baharinya. Sebelum letusan ini, bisnis pariwisata di Amed yang terletak di pantai timur Bali memang lambat perkembangannya. 

Saat ini sekitar 100 ribu orang tinggal di dalam zona bahaya. Amed dan sebagian desa yang melapisi garis pantai distrik Karangasem berada di luar zona bahaya resmi. Namun, hal itu pun tidak menguntungkan bagi desa itu. Lokasinya yang diapit oleh gunung dan laut sejak Gunung Agung bergolak pada September lalu, sepi pengunjung. 

KIRANA Group Mengubah Lanskap Pariwisata Bali dengan Inisiatif Baru

"Penduduk setempat yang mengelola rumah singgah, restoran, atau penyewaan motor sedang berjuang," kata seorang Prancis yang mengelola penyewaan alat selam di Amed, Arnaud Billon.  

Arnaud menceritakan, kala itu tempatnya sedang melakukan lokakarya instruktur selam pada saat Gunung Agung pertama kali bergetar sepanjang hari pada September lalu. Wisatawan panik tempat usahanya akhirnya ditutup sementara. 

Situasi mulai membaik menurutnya pada November, sejumlah wisatawan pun datang. Namun, hal itu tak berlangsung lama, hingga kini muntahan abu vulkanik Gunung Agung membuat bisnisnya kembali terganggu. 

Saat ini menurutnya warga Amed merasa aman, bahkan jika gunung itu meletus. Tapi, mereka frustasi karena kekurangan pendapatan, karena banyak mata pencahariannya yang bergantung pada pariwisata.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya