Menko Darmin: Marketplace RI Masih Didominasi Barang Impor

Menko Perekonomian Darmin Nasution di Istana Negara, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Rahmat

VIVA – Marketplace di Indonesia terus menjamur dan menjadi sumber ekonomi baru. Namun, produk yang dijual marketplace tersebut masih didominasi barang-barang impor yang tentunya menjadi tantangan pemerintah di era revolusi industri 4.0.

Perdagangan Pakaian Bekas Impor Kembali Marak, Mendag Zulhas: Tunggu Tanggal Mainnya!

"Revolusi industri 4.0, apa pun kami harus mencermati ini. Kalau kami lihat di marketplace-marketplace, di e-commerce, kami harus akui mereka dominan menjual produk impor, sangat dominan," kata Menko Perekonomian Darmin Nasution, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin 11 Desember 2017.

Untuk itu, ia mengungkapkan, talenta dalam pengembangan e-commerce di Indonesia harus terus dibenahi. Harapannya agar Indonesia tak lagi mengandalkan produk-produk yang berasal dari barang impor.

Zulhas Enggan Revisi Aturan Barang Bawaan dari Luar Negeri: Bayar Pajak Dong!

"Makanya untuk pengembangan e-commerce ada hal yang sangat penting yakni adalah tallent, baik untuk diri sendiri maupun industrinya," ujar dia.

Darmin pun berharap Indonesia dapat mewujudkan pengurangan barang impor dengan skala yang lebih besar. Dia menegaskan, hal yang paling krusial dibutuhkan saat ini adalah sumber daya manusia dan kemampuannya.

Pemerintah Musnahkan Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,33 Miliar Demi Lindungi Konsumen

"Kalau pendanaan itu relatif, cukup mampu ekonomi kita untuk menyediakan itu (dana). Memang dalam soal digital ini kami harus cermat, bisa memilih apa saja yang kita bisa unggul," kata dia.

Di satu sisi, marketplace dunia juga mengutamakan standardisasi produk dan cara pengolahan maupun pengemasannya. Indonesia juga sudah harus mulai bergerak ke arah tersebut.

"Itu skala dunia, ini jangan bayangkan skala Indonesia. Kemudian pengolahan dan standardisasi produk-produk, misalnya pertanian,” ujarnya.

“Apa boleh buat, kita harus menukik juga ke situ, kita ada di batas ini, antara pertanian dan perindustrian. Intinya kita perlu processing dan standar," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya