BI Rate Harus Bertahan Usai Naiknya Bunga The Fed

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside/Files

VIVA – Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, dari 1,25 persen menjadi 1,5 persen pada Rabu 13 Desember 2017. Kenaikan ini adalah yang ketiga pada 2017.

The Fed Diproyeksi Pangkas Suku Bunga pada Semester II, Apa Dampaknya ke RI?

Lalu bagaimana dampaknya ke ekonomi RI?

Ekonom dari Bank Permata, Josua Pardede mengatakan kenaikan suku bunga acuan AS kemarin sebenarnya sudah di price-in oleh pasar. Namun, pelaku pasar tetap mencermati sinyal The Fed apakah masih agresif pada inflasi dan suku bunga.

BI Pertahankan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 3,5 Persen

Menurut dia, dengan ekspektasi pada agresifnya The Fed maka suku bunga AS akan mendorong penguatan dolar AS. Dan pasar kini memperkirakan Fed akan menaikkan lagi suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2018.

"Apabila Fed cenderung lebih agresif, maka akan dorong kenaikan yield US Treasury yang akhirnya pengaruhi attractiveness dari aset investasi emerging market termasuk aset investasi dalam denominasi rupiah," jelas Josua dalam pesan singkatnya kepada VIVA, Kamis 14 Desember 2017.

Rupiah Melemah Tertekan Keputusan The Fed

Untuk itu, Ia menuturkan, dengan mengasumsikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga pada semester II-2018, maka tekanan terhadap rupiah akan berpotensi terjadi pada semester II tahun depan.

Selain itu, tekanan pada mata uang Asia dan pasar keuangan Asia akan cenderung lebih meningkat apabila bank sentral negara-negara maju juga mengetatkan kebijakan moneter, merespons normalisasi kebijakan The Fed.
 
Dengan demikian, Josua menuturkan, stance kebijakan moneter Bank Indonesia diperkirakan akan netral dengan suku bunga acuan dipertahankan di level 4,25 persen serta menetapkan suku bunga DF dan LF di level 3,5 persen dan 5 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini.

"BI diperkirakan akan tetap fokus dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS dan bank sentral negara-negara maju," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya