- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan beras merupakan salah satu komoditas terbesar penyumbang inflasi pada Desember 2017 yang sebesar 0,71 persen. Kenaikan inflasi itu pun membuat inflasi sepanjang 2017 menjadi 3,61 persen.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui adanya kenaikan harga beras belakangan ini. Hanya saja, dia mengatakan, kenaikan harga beras tersebut bukan akibat dari stok Bulog yang berkurang.
"Iya (harga beras naik) tapi kan enggak banyak naiknya. Kalau Bulog masih punya stok. 900, hampir satu juta (ton)," kata Djarot usai Rakor Pangan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis 4 Januari 2018.
Ia pun mengatakan siap menggelontorkan sebanyak mungkin beras yang ada di stok Bulog ke pasar sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu, jika ada arahan dari menteri pertanian menyerap beras petani, Bulog siap akan hal itu.
"Kami kalau diminta pasti dilakukan," katanya.
Selain itu, ia pun menyebut akan bekerja sama menjaga pasokan beras dengan pasar induk beras Cipinang dan food station. Untuk harga beras Bulog akan dijual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Dari Bulog dijual ke konsumen tidak boleh menyentuh HET, untuk mendisiplinkan kami. HET kami kan Rp9.450 (per kg). Jadi yang ambil beras operasi Bulog tidak boleh menjual mendekati atau melampaui Rp9.450," kata dia. (art)