Investor Ramai-ramai Jual Dolar AS, Rupiah Perkasa

Dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Rupiah terus mengalami penguatan seiring dengan melemahnya dolar Amerika Serikat. Indeks dolar menyentuh level terendahnya sejak Januari 2015 pada Jumat pekan lalu yang yang mencapai 91 poin. 

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Chief Market Strategis FXTM Hussein Sayed mengungkapkan, penguatan rupiah juga didukung terus menguatnya perekonomian Indonesia. Hal itu bisa mendorong rupiah menguat hingga Rp13.300 per dolar AS. 

"Data impor yang mengesankan yaitu 17,83 persen yang menunjukkan bahwa belanja konsumen terus melaju kemungkinan disambut gembira oleh investor," ujar Hussein dikutip dari keterangan resminya Rabu 17 Januari 2018. 

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Berdasarkan data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah tercatat terus melanjutkan penguatan pada pekan ini. Setelah pada penutupan pekan lalu 12 Januari 2017 menjadi Rp13.362 dari hari sebelumnya Rp13.427 per dolar AS. 

Hari ini, dolar AS rata-rata diperdagangkan di level Rp13.323, melemah 10 poin dari perdagangan kemarin yang dibanderol Rp13.333. 

Erick Imbau BUMN Beli Dolar AS Besar-besaran, Menko Perekonomian hingga Wamenkeu Bilang Gini 

Hussein menjelaskan, banyak investor terkejut dengan pelemahan dolar yang terjadi. Yang lebih mengejutkan, data AS yang dirilis sepanjang pekan lalu tidak dapat menjadi alasan bagi aksi jual dolar yang terjadi. 

Sebab harga konsumen inti AS mencatat peningkatan terbesar dalam 11 bulan di bulan Desember dengan peningkatan 0,3 persen. Penjualan ritel bulan Desember meningkat 0,4 persen, penjualan ritel inti naik 0,3 persen, setelah peningkatan yang direvisi naik yaitu 1,4 persen di November. 

Dua laporan ekonomi kelas atas menyampaikan ekspektasi kenaikan suku bunga bulan Maret naik di atas 72 persen dibandingkan probabilitas 50 persen saja bulan lalu.  Karena semuanya menunjukkan hal yang positif.

"Ini jelas menunjukkan bahwa aksi jual dolar bukan didorong oleh data internal, namun karena peran perkembangan eksternal," tambahnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya