- REUTERS/Jim Bourg
VIVA – Pemberhentian operasi pemerintahan AS atau shutdown yang terjadi pada Jumat akhir pekan lalu telah membuat dolar AS tertekan terhadap sebagian besar mata uang dunia hingga awal pekan ini.
Pengamat ekonomi dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengatakan, kondisi tersebut akan terus berdampak terhadap kondisi ekonomi AS dan dunia tergantung dari berapa lama shutdown tersebut terjadi.
Menurut dia, dampak pertama yang bisa dirasakan adalah pengalaman yang terjadi pada 2013, di mana shutdown hampir selama 1,5 pekan telah membuat perlambatan ekonomi AS cukup besar yaitu 0,30 persen di kuartal IV.
"Dampaknya pada perekonomian tergantung dari berapa lamanya shutdown ini terjadi. Dan proses negosiasi terus dilakukan, sehingga diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 1-3 minggu ke depan," kata Josua kepada VIVA.
Lalu, dampak kedua merespons shutdown pemerintah AS tersebut, lanjut dia, adalah reaksi terbalik dari pasar yang justru membuat indeks saham S&P 500 ditutup menguat sebesar 0,4 persen ke level 2.810,31.
Namun, kenaikan indeks tersebut tak ikut mendorong dolar AS menguat. Bahkan, dolar AS justru masih akan tertekan selama tidak beroperasinya layanan pemerintah AS dan rupiah cenderung akan stabil di tengah pelemahan dolar.
Kemudian, dampak keempat dari shutdown pemerintah AS telah mendorong sell off di pasar obligasi AS, sehingga mendorong kenaikan yield US Treasury ke level 2,67 persen, tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Dan yang terakhir, kenaikan yield US Treasury akan terus berlanjut, dan berpotensi mengerek kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN) dalam jangka pendek. Dan secara keseluruhan, dampak shutdown cenderung marginal ke ekonomi Indonesia.
