Ethiopia Keadaan Darurat, Demo Jadi Kegiatan Terlarang

Warga Ethiopia di Adama
Sumber :
  • REUTERS/Tiksa Negeri

VIVA – Ethiopia mengumumkan keadaan darurat sejak hari Jumat, 16 Februari 2018 yakni sehari setelah Perdana Menteri negara tersebut mengundurkan diri karena besarnya tekanan pada koalisi yang sedang berkuasa.

Polisi Prediksi Ribuan Orang Bakal Demo di KPU Jelang Pengumuman Hasil Pemilu 2024

Pihak koalisi akhirnya memutuskan adanya aturan darurat yang diterapkan dan akan berlaku selama enam bulan. Di dalamnya termasuk larangan demonstrasi ‘demo’ dan publikasi yang memberitakan soal kekerasan.

Ethiopia sebelumnya telah mencabut status darurat pada Agustus 2017 lalu setelah berbulan-bulan diterapkannya jam malam, pembatasan pergerakan dan penahanan terhadap 29 ribu orang.

Ada Demo, Arus Lalu Lintas Menuju Depan DPR Dialihkan Hingga Pukul 18.00 WIB

Langkah tersebut dilakukan menyusul dua tahun demonstrasi antipemerintah di mana pasukan keamanan membunuh ratusan orang di Amhara dan Oromiya, dua provinsi terpadat di negara ini.

Penetapan keadaan darurat baru dilakukan setelah pengunduran diri Perdana Menteri Hailemariam Desalegn pada hari Kamis akibat ketegangan di antara empat partai dalam koalisi yang berkuasa.

Belum Ada Pengalihan Arus Buntut Demo Mahasiswa- Pelajar di DPR, Polisi sebut Situasional

Koalisi tersebut telah berkuasa sejak 1991 dan menguasai 547 kursi di Parlemen. Namun perpecahan telah muncul yang berujung pada beberapa pejabat senior mengundurkan diri.

Mulatu Gemechu, Wakil Sekretaris Kongres Federal Oromo dari pihak oposisi mengatakan pada hari Jumat bahwa Ethiopia membutuhkan sistem politik yang baru.

"Orang Ethiopia sekarang membutuhkan pemerintah yang menghormati hak mereka, bukan orang yang terus memukul dan membunuh mereka," kata Oromo dikutip dari Independent, Senin, 19 Februari 2018.

Sementara organisasi HAM diketahui sering mengkritik pemerintah Ethiopia atas penangkapan massal dan hukuman penjara yang dijatuhkan kepada lawan politik dan para wartawan.

Namun lebih dari 6.000 tahanan telah dibebaskan sejak Januari 2018. Sebagian besar mereka ditahan saat demonstrasi massal yang beberapa di antaranya dituduh melakukan kejahatan terorisme.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya