Perempuan di Thailand Tolak Diatur Cara Berpakaiannya

Ilustrasi Festival Songkran di Thailand
Sumber :
  • REUTERS/Jorge Silva

VIVA – Imbauan pemerintah Thailand agar para wanita yang ikut dalam Festival Songkran mengenakan pakaian yang tak terbuka ternyata direspons negatif oleh wanita-wanita di Thailand. Terbukti untuk menjawab imbauan itu, muncul tagar #DontTellMeHowToDress dan #tellmentobehave yang lalu viral di negara tersebut.

Heboh Rektor Universitas Pancasila Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Ini Faktanya

Diketahui bahwa pemerintah setempat sebelumnya meminta agar para perempuan yang datang dan ikut dalam Festival Tahun Baru tradisi Thailand itu tak mengenakan pakaian minimalis lantaran dalam beberapa tahun terakhir diketahui para wanita kerap menjadi objek pelecehan seksual dalam festival tersebut.

Festival tiga hari yang dimulai Jumat hingga Minggu itu memang kental dengan penyiraman massal. Saling siram di kerumunan dianggap menjadi faktor yang bisa membuat wanita rentan menjadi korban pelecehan seperti sejumlah laporan yang ada selama ini ke polisi, di momen perayaan tersebut.

Ada 2 Korban yang Laporkan Rektor Universitas di Jaksel Terkait Dugaan Pelecehan Seksual

Cindy Sirinya Bishop adalah salah satu perempuan yang pernah menjadi korban di festival tersebut. Dia yang saat itu baru berusia 17 tahun memang menggunakan kaus oblong longgar dan celana pendek selutut yang menurutnya tak vulgar sama sekali.

Namun dia lalu dipojokkan oleh lima orang pria kala dia terpisah dari teman-temannya. Mereka disebut berusaha menyentuh bagian-bagian sensitifnya. Bishop harus melawan dalam ketakutan hingga teman-temannya tak lama muncul.

Finalis Miss Universe Indonesia Didesak Soal Body Checking: Jangan Malu, di Luar Negeri Lebih Parah

Meski demikian, Bishop mengatakan, anjuran dan aturan berpakaian tak menjamin pelecehan seksual bisa berkurang. Oleh karena itu dia juga ikut menjadi pelopor tagar di media sosial. Dia meminta wanita sebaiknya tak diatur dalam hal berpakaian sebab yang menjadi masalah adalah para pria yang tak bisa menjaga dirinya.

"Saya waktu itu baru 17 tahun saat pria-pria mau mengganggu saya. Untungnya sepupu saya dan teman-teman saya muncul, saya tak mau lagi ke sana (Songkran)," kata Bishop yang berdarah Thailand-Amerika tersebut.

Bulan lalu, saat persiapan festival, Direktur Jenderal Kebudayaan setempat, Sutthipong Chulcharoen mengumumkan agar wanita menggunakan pakaian sopan dan tak terbuka selama festival untuk menghindarkan risiko pelecehan seksual. Namun anjuran ini menurut Bishop justru cenderung mempersalahkan wanita atas kesalahan pria predator seksual sehingga imbauan tersebut salah kaprah.

"Kenapa harus wanita yang dituntut macam-macam dengan alasan melindungi diri sendiri," kata warganet soal aturan berpakaian itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya