AS Tarik Diri dari Perjanjian Nuklir Iran Bisa Kacaukan Arab

Presiden Iran, Hassan Rouhani, berpidato saat peringatan Revolusi Islam Iran.
Sumber :
  • Reuters

VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada 12 Mei 2018. Iran diketahui menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama dengan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan AS pada 2015.

Sempurna, Rudal Iran Mampu Hancurkan Jet-jet Tempur Siluman Amerika

Iran sepakat untuk membatasi program nuklirnya sebagai ganti atas pencabutan beberapa sanksi. Namun, rencana penarikan diri AS kemungkinan besar akan "menenggelamkan" kesepakatan itu.

Jika hal ini terjadi, Iran ditengarai akan membalas dengan merongrong kepentingan Washington dan sekutu-sekutunya di Timur Tengah. 

Tentara Bayaran Iran Otak di Balik Serangan Pangkalan Militer Amerika

Beberapa skenario yang bisa terjadi apabila AS menarik diri sebagaimana dilansir Reuters:

Irak

5 Roket dari Irak Hantam Pangkalan Militer Amerika di Suriah

Ketika ISIS merebut sebagian besar Irak pada 2014, Iran dengan cepat mendukung Baghdad. Sejak itu, Iran membantu mempersenjatai dan melatih ribuan pejuang Syiah di Irak. Popular Mobilization Forces (PMF) ini juga merupakan kekuatan politik yang signifikan.

Jika kesepakatan itu gagal, Iran dapat mendorong faksi PMF yang menginginkan AS meninggalkan Irak untuk melakukan propaganda dan mungkin melakukan serangan militer terhadap pasukan AS. 

Suriah

Iran dan sekutu seperti Hizbullah Lebanon telah terlibat dalam Perang Suriah sejak 2012. Iran telah mempersenjatai dan melatih ribuan pejuang paramiliter Syiah untuk menopang pemerintah. Israel mengatakan Iran telah merekrut setidaknya 80.000 pejuang Syiah.

Kehadiran Iran di Suriah telah membawa Teheran ke dalam konflik langsung dengan Israel untuk pertama kalinya dengan serangkaian bentrokan dalam beberapa bulan terakhir.

Para pejabat Israel menyatakan, mereka tidak akan pernah membiarkan Teheran atau Hizbullah membangun kehadiran militer permanen di negara tetangga Suriah.

Jika kesepakatan nuklir gagal, Iran akan memiliki sedikit insentif untuk menghentikan sekutu militan Syiah di Suriah dan guna melakukan serangan terhadap Israel.

Iran dan pasukan yang dikuasainya di Suriah juga dapat menimbulkan masalah bagi sekitar 2.000 pasukan AS yang dikerahkan di Suriah utara dan timur untuk mendukung para pejuang pimpinan Kurdi.

Lebanon

Pada 2006, Hizbullah berperang melawan Israel dalam perang perbatasan selama 34 hari. Menurut pejabat Israel dan AS, Iran sekarang membantu Hizbullah membangun pabrik-pabrik untuk memproduksi peluru kendali presisi atau mereparasi rudal jarak jauh dengan sistem panduan presisi.

Pasukan Israel telah berulang kali menyerang Hizbullah di Suriah, di mana kelompok itu memimpin banyak sekutu milisi Syiah Iran. Retorika antara Israel dan Iran telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir dan meskipun Hizbullah dan Israel mengatakan mereka tidak tertarik pada konflik, ketegangan bisa dengan mudah meluas ke perang Lebanon lainnya.

Hizbullah menyatakan tahun lalu bahwa perang yang dilancarkan Israel terhadap Suriah dan Lebanon dapat menarik ribuan pejuang dari negara-negara termasuk Iran dan Irak. Hal ini menunjukkan bahwa milisi Syiah bisa datang ke Lebanon untuk membantu Hizbullah.

Jika kesepakatan nuklir gagal, Iran dapat menekan Hizbullah untuk mengisolasi lawan-lawannya, yang diyakini bisa mengguncang Lebanon.

Yaman

Iran tidak pernah mengakui keterlibatan militer langsung di Yaman. Tapi para pejabat AS dan Saudi mengatakan bahwa mereka memasok pejuang pemberontak Houthi dengan rudal dan senjata lainnya. Kaum Houthi telah menembakkan rudal ke Riyadh dan fasilitas minyak Saudi mengatakan, mereka membalas serangan udara di Yaman.

Iran dan Arab Saudi terkunci dalam perebutan kekuasaan regional. Namun, para pendukung kesepakatan nuklir Iran mengatakan telah mencegah konflik menjadi perang terbuka.

Jika kesepakatan itu gagal, Iran dapat meningkatkan dukungan untuk Houthi yang mungkin akan bisa memprovokasi respons militer dari Arab Saudi dan sekutu di Teluk seperti Uni Emirat Arab.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya