Pelatihan Anti-Bias, Starbucks Tutup 8.000 Gerai Satu Hari

Starbucks
Sumber :
  • Reuters/Mohammad Khurseed

VIVA – Starbucks akan menutup lebih dari 8.000 gerainya di seluruh Amerika Serikat, Selasa, 29 Mei 2018. Penutupan itu lantaran akan ada pelatihan anti-bias atau anti-prasangka untuk para stafnya. Langkah tersebut diambil untuk mengembalikan citra Strabucks sebagai tempat nongkrong semua orang.

Meriahkan Ramadan, Starbucks Luncurkan Stiker Drive-Thru Pertama di Indonesia

Hal ini dilakukan setelah penangkapan dua pria kulit gelap di salah satu gerainya, di Philadelphia, bulan lalu. Meskipun pihak Starbucks sudah meminta maaf secara langsung, namun banyak protes dari para aktivis, agar Starbuck memberi kurikulum anti-rasis bagi 175.000 karyawannya.

Pelatihan ini diharapkan bisa mengatasi rasisme di tempat kerja agar pegawai terbuka tentang bias dan stereotip implisit dalam menghadapi berbagai perbedaan identitas pengunjung.

Viral Antrean Mengular di Mal Demi Takjil Gratis Minuman Starbucks, Netizen Pro-Kontra

The Perception Institute, sebuah konsorsium para peneliti yang memberi konsultasi kepada Starbucks, mendefinisikan bias implisit sebagai sikap- positif atau negatif- atau stereotip yang dimiliki seseorang atau kelompok tanpa disadari. Contohnya, menurut beberapa penelitian, kecenderungan orang kulit putih secara tidak sadar mengaitkan orang kulit hitam dengan perilaku kriminal.

Dalam video yang mengulas pelatihan Starbucks, akan ada catatan sambutan dari eksekutif Strabucks dan aktivis Common. Dari sana, karyawan akan "pindah ke eksplorasi bias yang nyata dan jujur", di mana dalam kelompok kecil, mereka dapat berbagi bagaimana masalah itu muncul dalam kehidupan kerja sehari-hari.

Starbucks Asia Barat PHK 2.000 Karyawan Buntut Aksi Boikot

Alexis McGill Johnson, co-founder dan direktur eksekutif Perception, mengatakan pelatihan anti-bias adalah tentang kesadaran.

"Yang ingin kami lakukan yaitu tidak menyatakan Anda orang jahat karena memiliki stereotip tentang suatu kelompok, namun mengapa otak Anda bisa memiliki stereotip seperti ini,” kata Johnson seperti dilansir ctvnews.

Johnson menolak untuk merinci pelatihan Starbucks. Namun, dia mengatakan, lokakarya Perception biasanya mencakup latihan mental, untuk menunjukkan kepada para peserta bagaimana bias merayap ke dalam lingkungan.

Sebelumnya, dalam insiden Philadelphia, Rashon Nelson dan Donte Robinson diminta pergi, setelah salah satu di antara mereka ditolak masuk ke kamar mandi. Mereka ditangkap oleh polisi beberapa menit setelah mereka duduk menunggu pertemuan bisnis. Insiden itu direkam telepon seluler dan menjadi viral.

Sejak itu, Starbucks mengumumkan siapa pun dapat menggunakan toiletnya meskipun mereka tidak membeli apa pun. Menurut dokumen yang dikirimkan Starbucks kepada pekerja toko, karyawan juga harus berpikir dengan hati-hati ketika berhadapan dengan pelanggan.

Starbucks menginginkan staf untuk mempertimbangkan tindakan yang mereka lakukan untuk setiap pelanggan, dalam situasi yang sama. Namun mereka juga harus menghubungi 911 jika situasinya
tampak tidak aman. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya