- Middle East Eye
VIVA – Ratusan Muslim Rohingya, lelaki, perempuan dan anak-anak berada di pusat penahanan di wilayah bagian tengah Arab Saudi tanpa jelas nasibnya. Dikutip dari laman Middle East Eye (MEE), para Muslim Rohingya diketahui kebanyakan datang ke Saudi pada tahun 2011 dengan menggunakan paspor ilegal.
Mereka meninggalkan Myanmar untuk menghindari persekusi dan bermaksud mencari hidup di Saudi namun akhirnya ditahan sebagai imigran gelap.
Melalui investigasi yang dilakukan tim MEE, salah satu mantan tahanan yang kini menjadi aktivis membenarkan bahwa ratusan Muslim Rohingya masih ditahan di bawah hukum Kerajaan Saudi. Disebutkan bahwa banyak tahanan sudah menghabiskan waktu di tahanan Shumaisi selama bertahun-tahun yang letaknya ada di Jeddah tersebut.
Salah satunya adalah Abu Ubayd (nama diubah demi alasan keselamatan) mengaku juga masih ditahan di lokasi tersebut dan dia memberi keterangan kepada media menggunakan telepon seluler yang diselundupkan ke dalam tahanan.
"Semua kami di sini ingin ke luar, kami frustrasi dan mengalami klaustrofobia (fobia ruangan sempit)," kata Abu melalui sambungan ponsel.
Padahal kata dia, mereka memang tak bisa mendapatkan paspor resmi dari Myanmar karena negara tersebut tak akan mau memberikannya sehingga harus menggunakan paspor palsu agar bisa meninggalkan negara itu dan mengadu nasib di negara lain salah satunya ke Arab Saudi.
"Bahkan mendapatkan kebebasan yang paling dasar di sini pun kami tak bisa," kata dia lagi.