Logo BBC

Pengakuan Relawan Indonesia, Malam-malam Maut Mencekam di Gaza

Abdillah Onim, wartawan dan relawan Indonesia yang tinggal di Gaza sejak 2009. - Abdillah Onim
Abdillah Onim, wartawan dan relawan Indonesia yang tinggal di Gaza sejak 2009. - Abdillah Onim
Sumber :
  • bbc

Relawan Indonesia yang tinggal di Gaza bercerita tentang kondisi saat terjadi saling serang dengan Israel yang digambarkan sebagai "malam maut" dan hidup tanpa jaminan kondisi akan tetap normal.

Aksi balas serangan antara Israel dan kelompok milisi Hamas di Gaza pecah selama dua hari setelah tujuh anggota Hamas dan seorang tentara Israel tewas dalam operasi rahasia Israel Minggu (11/11).

Selama dua hari, Senin (12/11) dan Selasa (13/11) lalu, kelompok-kelompok di Gaza dilaporkan menembakkan lebih 460 roket ke arah Israel dan pasukan Israel mengebom 160 sasaran di Gaza.

"Bagi saya, itu malam mencekam, malam maut, mengapa? Sekitar jam tiga subuh ada sebuah rumah susun warga Gaza enam lantai diserang rudal secara beruntun. Dalam hitungan menit rusun tersebut hancur rata tanah, dan gedung tersebut hanya berjarak sekitar 600 meter dari tempat tinggal saya. Dentuman rudal benar-benar terasa seakan lapisan kuping pecah," cerita Abdillah Onim, tentang insiden saling serang Israel-Hamas, Selasa lalu.

Onim yang telah tinggal di Gaza sejak 2009 mengatakan ia bercerita kepada anak-anaknya dentuman itu hanyalah "kembang api".

"Saya sampaikan bahwa suara itu hanya balon atau kembang api yang pernah mereka dengar di Jakarta saat malam pergantian tahun," kata ayah tiga anak tersebut.

"Saya sebagai warga negara asing tentu panik karena serangan sangat masif dari sana-sini, sampai semalam penuh tidak bisa tidur. Dalam kondisi begini, untuk waspada saja maka semua barang dokumen seperti passport dan lain-lain, saya masukan dalam tas ransel. Jika terjadi sesuatu maka kami harus keluar rumah dengan membawa apa adanya," tambahnya.