VIVAnews - Harga minyak mentah kembali naik hingga melampaui US$78/barel. Penguatan itu didukung oleh melemahnya nilai tukar dolar dan data baru yang menunjukkan permintaan energi di China kemungkinan meningkat.
Berdasarkan transaksi di bursa New York, Selasa sore (Rabu dini hari WIB), harga minyak light sweet untuk stok Januari naik US$1,09 menjadi US$78,37/barel. Di bursa London, harga minyak Brent untuk stok Desember naik 88 sen menjadi US$79,35/barel.
Beberapa jam sebelumnya, nilai tukar dolar melemah terhadap euro. Nilai tukar euro kemarin naik lebih dari US$1,50 setelah Uni Eropa menyatakan bahwa tingkat pengangguran masih berada pada angka 9,8 persen untuk Oktober. Sedangkan pengangguran di Amerika Serikat sudah melampaui 10 persen. Karena minyak sebagian besar diperdagangkan dalam dolar, investor dengan nilai mata uang yang lebih kuat bisa membeli lebih banyak minyak.
Harga minyak juga terdongkrak oleh laporan dari kelompok industri China mengenai kenaikan aktivitas manufaktur pada November. Kenaikan tersebut merupakan peningkatan dalam sembilan bulan berturut-turut seiring dengan menguatnya pasar saham di berbagai negara.
Aktivitas manufaktur juga meningkat di AS selama empat bulan berturut-turut. Namun pemulihan sektor manufaktur, menurut Institute for Supply Management, berlangsung naik turun.
Pertumbuhan di AS lebih lambat dibanding bulan itu. Hal itu juga memainkan peran signifikan dalam permintaan energi domestik. "Banyak faktor yang menentukan hari ini," kata analis PFGBest, Phil Flynn. (AP)