VIVA – Amerika Serikat dan Israel telah secara resmi keluar dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa atau UNESCO, terhitung mulai 1 Januari 2019.
Langkah ini sebagian besar bersifat prosedural, namun menjadi pukulan baru bagi UNESCO, yang didirikan bersama dengan AS, setelah Perang Dunia II untuk mendorong perdamaian.
Pemerintah Trump mengajukan pemberitahuan untuk keluar dari UNESCO pada Oktober 2017, dan diikuti oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Mereka menuduh badan PBB itu bias anti-Israel.
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu 2 Januari 2019, organisasi yang bermarkas di Paris ini sebelumnya mengkritik pendudukan Israel atas Yerusalem Timur, dan memberikan keanggotaan penuh atas Palestina pada 2011 lalu. Amerika menuntut 'reformasi mendasar' dalam badan tersebut.
Keluarnya AS dan Israel, tidak akan banyak memengaruhi UNESCO secara finansial. Sebab, badan tersebut telah mengalami pemotongan dana sejak 2011, ketika Israel dan AS berhenti membayar iuran pascaditetapkannya Palestina sebagai negara anggota.
Sejak saat itu, para pejabat memperkirakan bahwa AS, yang menyumbang sekitar 22 persen dari total anggaran UNESCO, telah berutang sebesar US$600 juta, karena iuran yang belum dibayar. Sementara itu, Israel berutang sekitar US$10 juta.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS, mengatakan kepada para pejabat UNESCO bahwa AS berniat untuk tetap terlibat di UNESCO sebagai negara pengamat dan bukan anggota terkait masalah non-politis.
Pada 1984 lalu, AS juga pernah menarik diri dari UNESCO di bawah pemerintahan Presiden Reagan. Ia memandang badan tersebut salah kelola, korup, dan digunakan untuk memajukan kepentingan Soviet. AS bergabung kembali pada 2003.
