Populasi Jepang Menurun, Wakil Perdana Menteri Salahkan Kaum Wanita
- Pixabay
VIVA – Wakil Perdana Menteri Jepang didesak untuk meminta maaf setelah menyalahkan kaum wanita usia produktif yang tidak memiliki anak. Hal itu disampaikan olehnya karena rendahnya tingkat kelahiran dan tingginya populasi lanjut usia di negara itu.
Taro Aso, yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan itu mengatakan hal tersebut pada pertemuan dengan konstituen di Fukuoka akhir pekan lalu.
"Ada banyak orang aneh yang mengatakan orangtua yang harus disalahkan. Padahal hal itu salah. Masalahnya adalah mereka (wanita) yang tidak melahirkan," kata Taro Aso di pertemuan tersebut, seperti dikutip dari Independent, Rabu 6 Februari 2019.
Namun Aso yang juga diketahui tak mempunyai anak mencabut klaim tersebut setelah anggota parlemen oposisi menuduhnya tidak sensitif terhadap pasangan yang ingin memiliki anak tetapi tidak dapat melakukannya.
"Jika itu membuat beberapa orang merasa tidak nyaman, saya minta maaf," katanya.
Ini bukan kali pertama Aso mengeluarkan pernyataan yang memicu kontroversi. Sebelumnya pada tahun 2014 lalu, ia juga sempat memicu kritik dari masyarakat.
Pernyataan Aso kali ini datang setelah data statistik pemerintah mengungkapkan jumlah kelahiran pada tahun 2018 turun menjadi 921ribu. Angka itu terendah sejak Jepang mulai mencatat statistik tersebut lebih dari seabad yang lalu.
Total populasi Jepang turun sebanyak 448 ribu orang menjadi 126 juta orang. Diperkirakan jumlah ini akan turun di bawah 100 juta pada tahun 2050 kecuali ada gelombang besar imigran yang masuk ke negara itu.