Sebut Warganya Anti Muslim, PM Australia Marah ke Presiden Turki

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Sumber :
  • Murat Cetinmuhurdar/Presidential Palace/Handout

VIVA – Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengecam komentar ceroboh dan ofensif yang dibuat oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pascapembantaian Christchurch. Morrison mengancam akan mempertimbangkan 'semua opsi' hubungan bilateral kedua negara.

Unveiling the Places on Earth Without Snakes

Saat berkampanye, Erdogan menyebut insiden Christchurch, merupakan serangan terhadap Turki dan Islam. Dia memperingatkan warga Australia, yang anti-Muslim akan 'dikirim kembali ke peti mati', seperti para pendahulu mereka di Gallipoli dalam perang berdarah di era Perang Dunia I.

Lebih dari 8.000 warga Australia tewas dalam pertempuran dengan pasukan Turki di Gallipoli, dan menjadi salah satu sejarah memilukan bagi warga Australia.

Leony Bakal Rayakan Natal Bareng Kekasih di New Zealand

"Ucapan yang dibuat oleh Presiden Turki, saya anggap sangat menyinggung orang Australia, dan sangat ceroboh dalam situasi yang sangat sensitif ini," kata Morrison, setelah memanggil Duta Besar Turki di Australia.

"Saya mengharapkan dan saya telah meminta, agar komentar ini diklarifikasi dan ditarik," ujarnya, seperti dilansir dari Telegraph, Rabu 20 Maret 2019.

28 Meter Tsunami Threatens New Zealand

Morrison juga menyebut, klaim tentang Australia dan respons Selandia Baru terhadap serangan supremasi kulit putih pekan lalu sebagai sesuatu yang keji.

"Saya akan menunggu untuk melihat tanggapan dari Pemerintah Turki, sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. Tetapi, saya ingin memberitahu Anda bahwa semua opsi ada di meja," ujarnya menegaskan.

Morrison menuduh Ergodan mengkhianati janji Mustafa Kemal Ataturk, bapak negara modern dan tokoh yang dihormati di Turki, untuk menjalin hubungan damai antara kedua negara.

Sebelumnya, Presiden Turki berusia 65 tahun itu juga dikecam oleh pemerintah Selandia Baru, karena menggunakan video penembakan brutal di masjid Christchurch, sebagai pendukung kampanye pemilu. 

Wakil Perdana Menteri Selandia Baru, Winston Peters memprotes tindakan itu dan mengatakan politisasi insiden tersebut membahayakan masa depan dan keselamatan warga Selandia Baru di luar negeri. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya