Bali Democracy Forum Dinilai Salah Satu Capaian Terbesar Diplomasi RI

Seminar The 11th Bali Democracy Forum di Universitas Muhammadiyah
Sumber :
  • Dok. Kementerian Luar Negeri

VIVA – Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Azis Nurwahyudi, menyampaikan pentingnya pengelolaan berbagai aset diplomasi publik Indonesia, di antaranya demokrasi, keragaman budaya dan pluralitas agama, dengan baik agar dapat meningkatkan citra dan kepercayaan terhadap Indonesia di mata internasional. Menurutnya, Bali Democracy Forum (BDF) sebagai salah satu capaian terbesar Indonesia di bidang diplomasi publik. 

Buka Bali Democracy Forum ke-14, Ini Pidato Menlu Retno Marsudi

“Awalnya BDF hanya diikuti oleh 40 negara peserta di tahun 2008. Tapi terakhir (tahun 2018), jumlah partisipannya sudah mencapai 90 negara dari berbagai kawasan, tidak hanya Asia”, kata Azis dalam seminar dan simulasi sidang The 11th Bali Democracy Forum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dikutip dari siaran persnya, Kamis 28 Maret 2019. 

Peningkatan jumlah partisipan BDF tersebut, diutarakannya, mengindikasikan kepercayaan terhadap Indonesia yang kian meningkat di tingkat global.

Indonesia Tak Undang Myanmar dalam Bali Democracy Forum

BDF merupakan salah satu kegiatan utama diplomasi publik Indonesia yang konsisten dilaksanakan sejak tahun 2008. BDF merupakan forum yang diinisiasi oleh Indonesia untuk membentuk tata bangun kawasan demokrasi, utamanya di kawasan Asia dan Pasifik. 

BDF bertujuan untuk mengintensifkan dialog serta meningkatkan saling-pengertian dan penghargaan di antara bangsa-bangsa, utamanya di Asia. 

Kutip Kata Bung Hatta, Menlu Beberkan Prioritas Diplomasi RI 2021

Melalui aktivitas seminar dan simulasi sidang BDF ke-11 tersebut, Kementerian Luar Negeri memperkenalkan sekaligus mempromosikan demokrasi sebagai salah satu aset utama diplomasi publik Indonesia kepada lebih dari 100 mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UMY. 

Pada hari kedua, para peserta mensimulasikan sidang ke-11 BDF dan berperan sebagai para diplomat dari negara peserta BDF ke-11. Dosen pengampu mata kuliah Praktik Diplomasi UMY, Ratih Herningtias menyampaikan bahwa kegiatan simulasi tersebut bermanfaat untuk membumikan teori, konsep atau perspektif HI yang selama ini terkesan abstrak dan di awang-awang menjadi sebuah aktivitas yang operasional dan praktikal. 

"Mahasiswa dapat merasakan bagaimana isu hubungan internasional adalah isu keseharian dalam kehidupan di sekitar mereka, di mana mereka tidak hanya menjadi penonton namun juga dapat mengambil bagian dalam berbagai aktivitasnya," ujarnya. (zra)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya