Sejarah, Para Wanita Ini Bakal Pimpin Dua Lembaga Penting Uni Eropa

Bendera Uni Eropa setengah tiang di Brussels, Belgia, beberapa waktu silam.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Renne Kawilarang

VIVA – Dua wanita telah mendapatkan dukungan dari para pemimpin Uni Eropa untuk memimpin Komisi Eropa dan Bank Sentral Eropa. Hal ini mematahkan dominasi jabatan itu dipegang laki-laki selama 60 tahun terakhir yang selalu menduduki jabatan penting di Eropa.

Serangan Pasukan Israel Kini Menargetkan Perempuan Palestina di Gaza

Setelah tiga hari proses negosiasi berliku, Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen menerima dukungan dari para kepala negara dan pemerintahan untuk menggantikan Jean-Claude Juncker sebagai presiden komisi di Brussels.

Sementara itu, Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde akan pindah ke Frankfurt untuk mengambil alih posisi Mario Draghi sebagai presiden wanita pertama di Bank Sentral Eropa setelah secara resmi ditandatangani oleh kelompok zona euro.

Momen Dramatis Evakuasi Pemudik Hamil di Pelabuhan Kendari, Nyaris Lahiran di Atas Kapal

Von der Leyen, wanita berusia 60 tahun yang fasih berbahasa Inggris dan Prancis dan menempuh studi di London School of Economics, sekarang telah ditunjuk sebagai presiden terpilih Komisi Eropa. Dia akan menjabat secara resmi jika memenangi dukungan mayoritas anggota parlemen.

"Saya sangat senang tentang hal itu, bagaimana pun, Eropa adalah seorang wanita. Saya pikir layak untuk menunggu hasil seperti itu," kata mantan Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk.

Pria yang Disebut Mirip Alien Lalu Pukul hingga Ludahi Wanita di Kendari Ditangkap

Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel yang pemerintahan koalisinya abstain dalam keputusan bulat untuk mendukung nominasi mengatakan ini adalah pertanda baik bahwa seorang wanita akan duduk di jabatan tersebut untuk pertama kalinya.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah mengusulkan Von der Leyen untuk memimpin komisi setelah Hungaria, Polandia, Republik Ceko, Slovakia, dan Italia menolak pencalonan mantan Menteri Luar Negeri Belanda, Frans Timmermans, atas kritiknya sebelumnya terhadap pemerintah populis yang gagal melindungi independensi peradilan mereka.

Dilansir dari The Guardian, Von der Leyen yang dulunya adalah seorang ginekolog baru masuk ke dunia politik saat usia 40-an. Dia kerap muncul dalam jajak pendapat sebagai salah satu politikus paling populer di Jerman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya