Indonesia Sambut Baik Dukungan Australia atas ASEAN Outlook

Menlu RI Retno Marsudi dan Menlu Australia
Sumber :
  • VIVA/Dinia Adrianjara

VIVA – ASEAN dan Australia sepakat untuk meluncurkan ASEAN-Australia Counter Trafficking Initiative. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kerja sama peningkatan kapasitas dalam menghadapi tantangan perdagangan manusia periode tahun 2018-2028.

Sosok Ernando Ari 'Tembok Kokoh' Timnas Indonesia, Bikin Australia Gigit Jari

"Jadi inisiatif ini dibangun karena kerja sama yang bagus selama 15 tahun belakangan dan inisiatif ini akan digunakan untuk memperkuat kerja sama criminal justice merespons trafficking in person untuk masa 10 tahun," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, usai menghadiri pertemuan yang digelar di Bangkok, Thailand.

Melalui inisiatif tersebut akan dilibatkan sebanyak 13.000 justice officers 'penegak hukum' yang akan mendapatkan pelatihan berupa peningkatan kapasitas dengan total biaya sebesar AUD80 juta.

Kata Media Asing usai Timnas Indonesia Tekuk Australia: Impian Shin Tae-yong Bakal Jadi Kenyataan

Selain itu dalam pertemuan yang sama, Menlu RI juga menekankan soal dua hal. Pertama yakni apresiasi terhadap dukungan Australia mengenai ASEAN Outlook on Indo-Pacific.

Indonesia karena itu berharap adanya kerja sama dalam empat bidang di antaranya maritim, konektivitas, SDGs dan ekonomi dan agar terus dapat ditingkatkan.

5 Fakta Menarik Timnas Indonesia Usai Hancurkan Australia di Piala Asia U-23

Kedua, Retno juga menyampaikan pentingnya kerja sama dalam konteks women, peace and security. ASEAN dan Australia diketahui telah memiliki dialog untuk memajukan isu women, peace and security.

Ke depannya, Indonesia mengharapkan kerja sama dapat ditingkatkan untuk memperkuat peran perempuan dalam perdamaian dan toleransi.

"Indonesia menyampaikan bahwa politik luar negeri Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar terhadap isu woman, peace dan security. Misalnya pada Maret lalu Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah pelatihan bagi diplomat muda perempuan di kawasan Asia Tenggara untuk menjadi negosiator dan mediator," ungkap Menlu Retno. (jhd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya