Logo DW

Jurnalis WNI yang Tertembak di Hong Kong Bakal Gugat Polisi

Reuters/T. Siu
Reuters/T. Siu
Sumber :
  • dw

Pada 29 September lalu jurnalis asal Indonesia, Veby Mega Indah yang sedang bertugas meliput jalannya aksi demonstrasi di Hong Kong tertembak di bagian mata oleh pihak kepolisian setempat. Saat ini Veby tengah dirawat di Rumah Sakit Pamela Youde Nethersole Eastern, Wan Chai.

Bagaimana kronologi kejadian yang menimpa Veby? Bagaimana juga kondisi terkini Veby tiga hari pasca-insiden tersebut? Simak wawancara DW Indonesia dengan kuasa hukum Veby Mega Indah, Michael Vidler.

Deutsche Welle: Bisa Anda jelaskan kronologi kejadian yang menimpa Veby?

Michael Vidler: Insiden tersebut terjadi pada tanggal 29 September, Veby sedang bertugas meliput di area Wan Chai, Hong Kong, aksi demo akan berlangsung di tempat berbeda, tapi ia berada di area Wan Chai. Lebih lanjut ia berada bersama-sama dengan jurnalis lainnya di atas jembatan yang menghubungkan kantor departemen imigrasi Hong Kong dengan pintu keluar stasiun MTR Wan Chai.

Dia berada di persimpangan dimana massa muncul dari jalanan menuju jembatan tersebut, sekali lagi ia bersama dengan jurnalis lainnya. Dia mengenakan jaket yang mudah dikenali dengan tulisan PRESS. Ia juga menggunakan helm dengan tulisan PRESS di depannya. Dia juga memakai ID jurnalis yang dikalungkan di lehernya, yang sangat mudah dikenali.

Secara kolektiv, seluruh jurnalis memakai pakaian serupa, menggunakan rompi yang dengan sangat mudah membedakan mereka dengan para pendemo. Veby juga mengunakan kacamata pelindung. Kami percaya itu demi keamanan penglihatannya, walaupun pada akhirnya hanya bisa menjaga satu matanya. Saat itu ia hendak membuat laporan.

Sekelompok anggota polisi yang tidak menggunakan ID ada di atas persimpangan di bagian atas tangga jembatan tersebut. Sementara pendemo ada di bawah. Jembatan tersebut hanya memiliki lebar 20 kaki, namun ketika massa datang ke jembatan tersebut, berjarak cukup dengan persimpangan dan tanga bagian tas jembatan tersebut, jadi petugas polisi di sana hanya sendirian. Orang-orang paling dekat sepenglihatan mereka antara petugas dengan pendemo tidak ada, sementara pendemo jauh berada di bawah jurnalis.