Ngebet jadi Presiden, ke Bolivia Saja

Mantan Presiden Bolivia, Evo Morales, saat bermain sepakbola.
Sumber :
  • Foxsport

VIVA – Bolivia sedang mengalami krisis politik. Evo Morales mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Bolivia pada Minggu, 10 November 2019, atas dorongan militer dan polisi negara itu.

Jokowi Bakal Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk dalam RAPBN 2025

Mundurnya Morales sebagai orang nomor satu di Bolivia ini merupakan jawaban atas aksi protes mematikan di seluruh negeri. Ia menyatakan harapan bahwa kekacauan dan keresahan di seluruh Bolivia akan berhenti pada Minggu malam.

"Perjuangan saya akan terus berlanjut. Tetapi saya memiliki kewajiban untuk mencoba mengamankan perdamaian," kata dia, seperti dikutip dari Deutsch Welle, Rabu, 13 November 2019.

Pak Prabowo, Jangan Lupa Janjinya Bikin Indonesia Produksi Mobil dan Motor Sendiri

Mundurnya Morales juga diikuti oleh Wakil Presiden Bolivia Alvaro Marcelo Garcia Linera. Evo Morales resmi melepaskan jabatan sebagai Presiden Bolivia setelah 13 tahun berkuasa, atau persisnya pada 2006.

Ia mencetak sejarah sebagai penduduk pribumi Aymara pertama yang terpilih menjadi orang nomor satu di Bolivia. Namun kemundurannya bakal tercatat dalam sejarah yang dilakukan setelah gelombang protes dan permintaan dari militer negara itu.

Menhan AS Ucapkan Selamat ke Prabowo Usai Ditetapkan Sebagai Presiden Terpilih

Sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Bolivia, Jenderal Williams Kaliman, mendesak Presiden Evo Morales untuk mengundurkan diri 'demi membawa perdamaian dan stabilitas untuk kepentingan Bolivia'.

Tuntutan ini juga digemakan oleh Kepala Kepolisian Bolivia Jenderal Vladimir Yuri Calderon, yang juga meminta Morales legawa untuk menanggalkan jabatannya.

Ilustrasi demonstrasi

Ilustrasi demonstrasi.

Di tengah kekacauan politik yang sedang berlangsung di negara itu sebagian didorong oleh tuntutan oposisi untuk penghitungan ulang dalam pemilihan presiden (Pilpres) 20 Oktober lalu.

Mengutip Sputniknews, laporan Organisasi Negara-negara Amerika atau OAS, menyebutkan bahwa kemenangan Morales dalam Pilpres bulan kemarin seharusnya dibatalkan karena terjadi penyimpangan. Organisasi ini juga menyuarakan agar pemungutan suara baru seharusnya diadakan.

Alhasil, gara-gara pengumuman OAS ini, terjadi pengunduran diri massal menteri, gubernur, anggota legislatif, dan bahkan wakil presiden. Puncaknya, militer dan kepolisian Bolivia menyerukan Evo Morales mundur demi kebaikan negara.

Morales bukannya tidak melawan. Senin, 11 November 2019, ia berulang kali menyebut kalau dirinya adalah korban konspirasi musuh-musuh politiknya, termasuk rivalnya dalam Pilpres bulan lalu, Carlos Mesa dan Luiz Fernando Camacho.

Satu hari setelah pengunduran dirinya, Morales terbang ke Meksiko untuk berlindung setelah sekelompok orang menyerang rumahnya. Bolivia di bawah pemerintahan Morales pernah menjadi salah negara dengan pertumbuhan ekonomi terkuat di kawasan Amerika Latin dan angka kemiskinan di negara itu turun.

Namun keinginannya untuk mengunci kekuasaan dan menjadi Presiden Bolivia untuk keempat kalinya, telah membuatnya kehilangan banyak sekutu, termasuk dari kalangan pribumi Bolivia. Padahal, Morales sendiri yang mendukung pembaharuan aturan bahwa masa jabatan Presiden Bolivia hanya dua periode.

Aturan soal durasi jabatan presiden inilah menjadi senjata makan tuan bagi karir politik Morales. Ia digulingkan setelah berkuasa 13 tahun lewat gelombang unjuk rasa yang berlangsung berminggu-minggu menyusul dugaan adanya pelanggaran pada pemilu Oktober 2019.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya