Terungkap Rantai Hubungan Perusahaan Daging Dunia dan Pembantai Amazon

Ilustrasi pria Amazon di daerahnya
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kawasan Amazon di Brasil menjadi saksi bisu pembantaian massal yang sangat brutal terhadap orang-orang asli daerah itu. Beberapa tahun lalu, sembilan orang lokal dibantai.

Daftar Harga Pangan 16 April 2024: Beras hingga Daging Turun

Pembunuhan itu dikenal dengan nama Pembantaian Colniza. Belakangan, investigasi menunjukkan indikasi keterkaitan antara tersangka dalang pembunuhannya dan rantai hubungan dalang tersebut dengan perusahaan daging terbesar dunia.  

Dilansir dari The Guardian, investigasi terbaru yang dirilis 3 Maret 2020 menemukan hubungan perusahaan daging terbesar di dunia, JBS dan rivalnya Marfrig dengan salah pemilik peternakan yang terlibat dalam pembantaian paling brutal di Amazon itu.

5 Negara dengan Perusahaan Domestik Terbanyak di Dunia, Cina Paling Unggul

Sementara laporan media lokal, Repoter Brasil lalu muncul ketika JBS menghadapi tekanan yang besar atas kegagalan transparansi dalam rantai pasokan ternak Amazon.

Kronologinya, pada 09 April 2017, sembilan orang dibunuh dalam Pembantaian Colniza. Para pria dalam kondisi berjongkok di sebuah hutan terpencil  di negara bagian Mato Grosso ketika mayat mereka ditemukan ditikam dan ditembak hingga tewas. Kondisinya amat mengenaskan.

Sederet Buah yang Baik Dikonsumsi Setelah Makan Daging, Bantu Turunkan Kolestrol Saat Lebaran

Menurut dakwaan Jaksa Penuntut di Mato Grosso, pembantaian itu dilakukan oleh kawanan geng yang dikenal dengan julukan “Yang Berkerudung”. Tujuannya adalah untuk menakuti para warga setempat demi mengambil alih tanah yang mereka tinggali dan lalu mengeruk sumber daya alam yang berharga dari wilayah itu.

Pada 15 Mei 2017, jaksa penuntut mengatakan bahwa mereka telah menuntut Valdelir Joao de Souza, seorang petani tuan tanah yang memiliki perusahaan kayu di wilayah sekitar dan empat orang lainnya dengan pembunuhan dan membentuk atau menjadi bagian dari kelompok paramiliter ilegal.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa Souza memerintahkan pembantaian itu. Namun dia buron dan pengadilannya dilakukan secara in absentia.

Diketahui pada 2018, Tres Lagoas dan peternakan Piracamadi negara bagian Rondonia didaftarkan atas namanya. Kedua tanah pertanian itu mencakup 1.052 hektare di daerah yang pemerintah tentukan untuk pekerja pertanian berpenghasilan rendah.

Catatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tanggal 9 Mei 2018, 143 ekor sapi dijual oleh peternakan Tres Lagoas dan Piracama ke sebuah peternakan yang dimiliki oleh Mauricio Narde.

Tidak lama kemudian, peternakan Narde menjual ternak sapi dengan jenis kelamin dan usia yang sama yaitu 80 sapi betina berusia antara 13-24 bulan dan 63 sapi betina berusia lebih dari 36 bulan kepada pengemas daging JBS.

Menurut dokumen pengadilan, Narde bekerja di sebuah tempat penggergajian milik Souza di Machadinho d’Oeste di negara bagian Rondonia. Dia masih bekerja di tempat penggergajian yang sama meskipun pada sejak itu telah berganti nama dan tidak lagi dikendalikan oleh Souza. Dihubungi melalui sambungan telepon oleh The Guardian, Narde mengkonfirmasi transaksi tersebut namun tak menjelaskan alasannya melakukan transaksi instan dengan jumlah ternak yang cukup besar.

Penjualan ternak secara cepat menunjukkan apa yang disebut kalangan aktivis lingkungan sebagai cattle laundering atau pencucian ternak yaitu ketika sapi dari sebuah peternakan yang memiliki masalah lingkungan menjual sapi kepada peternakan yang dianggap sustainability dalam menjalankan perusahaannya. Hal ini bisa terjadi karena diduga  perusahaan daging termasuk JBS tidak memantau ketat pemasok tidak langsung itu.

“Serangkaian kebetulan ini, menunjukkan praktik umum yaitu triangulasi hewan. Ini adalah praktik yang mengindikasikan pencucian ternak," ujar Direktur Friends of the Earth Brasil, Mauro Armelin.

Pada 25 Juni 2018, menurut catatan pemerintah Tres Lagoas juga menjual 153 ekor sapi kepada peternakan Morro Alto di Monte Negro, negara bagian Rondonia yang dimiliki oleh Jose Carlos de Albuquerque.

Pada bulan berikutnya, lantas de Albuquerque menjual ribuan ekor sapi kepada rumah potong  JBS dan Marfrig.

De Albuquerque menjelaskan kepada Reporter Brasil bahwa penjualan itu tidak rampung namun menurut laporan yang dikutip dari catatan pemerintah menunjukkan bahwa ternak tersebut telah memasuki peternakan Morro Alto.

Investigasi menunjukkan beberapa perusahaan besar daging Brasil memang kesulitan dalam memantau pemasok dagingnya.

JBS dan Marfrig serta perusahaan besar lainnya diketahui selama ini berkomitmen untuk tidak memasok dari peternak yang terlibat dalam deforestasi dalam dua perjanjian bersama Greenpeace dan jaksa penuntut Brasil pada 2014 dan tahun-tahun berikutnya. Namun, Greenpeace keluar dari perjanjian tersebut setelah JBS didenda karena kedapatan membeli ternak dari peternakan di area deforestasi ilegal di Amazon.

Sementara dalam sebuah wawancara bersama Gazeta Digital pada 2019, Souza berkata bahwa ia tidak bersalah dari semua tuduhan tersebut.

JBS lalu menyatakan bahwa Souza bukanlah pemasok untuk perusahaan daging mereka dan mereka tidak mendapatkan ternak dari peternakan yang memiliki masalah isu lingkungan.

Sedangkan perusahaan Marfrig dilaporkan menolak berkomentar terhadap hasil investigasi ini.

Laporan: Dion Yudhantama
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya