Alasan Italia Paling Tersakiti Corona COVID-19, Perhatikan Nomor Dua!

Pemandangan Kota Milan Italia
Sumber :
  • Dokumentasi Rieska Wulandari

VIVA – Italia menjadi negara yang paling tersakiti dengan mewabahnya Virus Corona COVID-19 hingga saat ini. Bahkan melebihi China yang menjadi negara pertama yang porak-poranda karena COVID-19. Jumlah korban meninggal sangat mengerikan, hampir tiga kali lebih besar dari korban meninggal di China.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dari data terakhir, korban meninggal di Italia mencapai 8.215 orang meski jumlah temuan kasus masih sedikit di bawah China. Di China sendiri korban meninggal hanya tercatat 3.287 orang. Nah berikut ini redaksi rangkum 4 alasan kuat Italia menjadi negara paling ‘tersakiti’ dengan korban meninggal yang sangat mengejutkan.

Dan satu lagi yang pantas diwaspadai, dari 4 alasan tersebut Jakarta juga punya potensi sehingga diharapkan ulasan ini menjadi perhatian bagi warga Jakarta. Termasuk benar-benar mengikuti anjuran work from home. Apa saja alasan Italia menjadi negara yang paling terdampak  Corona versi theconversation? Perhatikan nomor tiga!

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

1. Banyak lansia
Orang Italia menduduki urutan keenam di dunia untuk usia harapan hidup terpanjang, 84 tahun. Itu berarti banyak penduduknya masuk kategori lanjut usia (lansia). Dari data 2018, sebanyak 22,6 persen populasi Italia adalah penduduk dengan usia di atas 65 tahun. Ini proporsi tertinggi di Eropa. Dan yang menyakitkan, dari hasil studi dan pengamatan, Virus Corona COVID-19 memang doyan menyasar para lansia. Diperparah dengan fakta lain bahwa masih banyak para lansia yang bekerja. Rata-rata orang Italia terus bekerja hingga usia 67 tahun.

2. Tradisi pelukan dan cipika-cipiki
Bagi orang Italia tentu tak biasa dengan social distancing atau pembatasan sosial. Orang Italia sangat dekat satu dengan yang lainnya. Itu digambarkan dengan tradisi berpelukan dan cipika-cipiki. Terlebih tradisi ini tak hanya dilakukan bagi mereka yang satu keluarga saja. Bisa dengan teman dekat, teman kerja bahkan orang yang baru mereka kenal. Tradisi ini pula yang disadari Perdana Menteri Italia sebagai alasan utama negara terdampak COVID-19. Ia mengakui terlambat memberlakukan lockdown di Italia.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

3. Populasi padat
Di Italia memang tak banyak ruang bebas. Sebagai gambaran, kepadatan rata-rata 533 orang per 2,5 kilometer kubik. Bandingkan dengan negara Jerman dengna tingkat kepadatan 235 orang per 2,5 kilometer kubik atau bahkan Amerika Serikat dengan 94 orang per 2,5 kilometer kubik. Tak heran virus ini cepat menyebar di kota padat penduduk seperti Milan dan Roma.

4. Italia bagian utara pusat bisnis
Milan yang terletak di wilayah utara adalah ibu kota Italia secara finansial. Milan menjadi kota perdagangan yang tentu punya hubungan kuat dengan China. Kebanyakan wilayah utara Italia dihuni banyak pendatang yang berstatus sebagai pegawai perusahaan multinasional, terutama orang asal China. Ditambah dengan tingginya catatan keluar masuk yang mayoritas lewat wilayah utara ini.
 

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024