Infeksi Corona di AS Mengerikan, Social Distancing hingga Akhir April

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Sumber :
  • IG Donald Trump.

VIVA – Amerika Serikat (AS) saat ini memiliki angka kasus Corona COVID-19 tertinggi di dunia dan diprediksi akan terus melonjak tajam dalam beberapa minggu ke depan. Menyikapi hal itu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perpanjangan waktu social distancing di negaranya hingga akhir April 2020 mendatang.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Beberapa hari setelah Trump mengumumkan bahwa AS siap bangkit kembali pada Paskah nanti. Dia malah mengumumkan perpanjangan waktu social distancing di AS hingga 30 April 2020 sebagai upaya untuk meredam penyebaran Corona COVID-19, seperti yang dilaporkan oleh Washington Post.

Trump menyebut pernyataan ia sebelumnya hanyalah sebuah aspirasi. Trump mengatakan dirinya sekarang fokus pada angka kematian akibat COVID-19 yang diprediksi akan melonjak tajam dalam dua minggu ke depan.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

“Tidak ada yang lebih buruk daripada mengumumkan kemenangan sebelum kemenangan dimenangkan,” Kata Trump pada sebuah konferensi di Taman Mawar Gedung Putih.

“Itu akan menjadi kerugian terbesar,”anjutnya. Trump juga mengharapkan bahwa negaranya akan pulih pada 1 Juni 2020 nanti.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Pernyataan Presiden Trump itu muncul setelah penasihat medis Gedung Putih dan gubernur negara bagian mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa mereka tidak bisa membayangkan kelonggaran yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat untuk menekan angka penyebaran virus. Mereka juga mengingatkan bahwa wabah tersebut akan terus membebani pajak rumah sakit dan dapat membunuh lebih banyak orang.

Seorang penasihat medis Gedung Putih, Anthony S Fauci mengatakan kepada CNN Amerika bahwa virus Corona dapat menginfeksi jutaan orang dan membunuh 100.000 hingga 200.000 orang di AS. Namun angka 200 ribu adalah skenario terburuk yang kemungkinannya kecil untuk terjadi.

Pada hari Minggu, Trump membeberkan angka-angka tersebut dan mengatakan bahwa skenario terburuk akan memakan korban jiwa lebih dari 2 juta orang jika pemerintah tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani virus tersebut. 

Namun, ia mengatakan bahwa dampak dari krisis ini yang membuat bisnis terpaksa tutup adalah meningkatnya kasus bunuh diri dan penyalahgunaan narkoba.

“Orang-orang akan mengalami depresi mental, banyak kasus bunuh diri. Lihatlah apa yang terjadi dalam resesi yang mengerikan. Jadi, anda akan menghadapi kasus bunuh diri yang luar biasa,” ujarnya.

Presiden Trump memeriksa kembali langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahannya dan mengundang beberapa perusahaan logistik dan peralatan medis untuk menjelaskan bantuan yang dapat mereka lakukan.

Namun, beberapa gubernur negara bagian yang terkena dampak dan penasihat justru selalu berbicara mengenai buruknya keadaan saat ini. Dalam sebuah wawancara televisi, Deborah L. Birx yang merupakan Koordinator Gugus Tugas Penanganan Corona Gedung Putih mengatakan, “Tidak ada negara bagian, tidak ada area metro yang akan selamat.”

Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan bahwa membuat rapid test untuk virus corona lebih mudah diakses, dan hasil tes yang keluar dalam hitungan menit akan menjadi kunci untuk memutuskan kapan akan membuka kembali sekolah-sekolah dan bisnis kembali berjalan normal.

Amerika Serikat saat ini tercatat memiliki angka kasus Corona COVID-19 tertinggi di dunia dengan 136.000 kasus dan 2.400 korban meninggal. Negara bagian New York menjadi wilayah yang paling parah dengan 1.000 jumlah kematian dalam satu hari pada hari Minggu kemarin.

Angka kasus Corona COVID-19 di seluruh dunia saat ini telah mencapai  700 ribu lebih dengan kematian dilaporkan sebanyak 34 ribu jiwa. 

Baca juga: Penasihat Netanyahu Positif Corona, Baru Bertemu PM Israel Kamis Lalu

Laporan: Dion Yudhantama

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya